Mohon tunggu...
Salten Al-Khan
Salten Al-Khan Mohon Tunggu... -

Berani hidup tak takut mati, \r\nTakut mati jangan hidup,\r\nTakut hidup mati saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokrasi Super Boros & Kebablasan

9 September 2013   11:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:09 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Syeikh Ali jum’ ah yang pernah menjabat sebagai mufti Mesir di era presiden Husni Mubarok pernah berkata, konteksnya begini....

“Belajar ilmu-ilmu keagamaan itu  bertahun-tahun lamanya  untuk  bicara 2 jam saja, bukan sebaliknya bicaranya  lama tapi belajarnya dalam hitungan jam...”

Kalau kita mau perhatikan bahwasanya hakikat daripada ilmu itu sendiri adalah takwa, tidak lebih daripada itu, ini sesuai dengan perkataan  ulama.

عَنِ الْفَزَارِيِّ؛ قَالَ: سَمِعْتُ الثَّوْرِيَّ يَقُولُ: إِنَّمَا يُتَعَلَّمُ الْعِلْمَ؛ لِيُتَّقَى الله عَزَّ وَجَلَّ بِهِ.

Dari al Fazaari berkata: Aku mendengar Al-Tsauri berkata: Sesungguhnya Ilmu itu dipelajari untuk bertakwa kepada Allah 'azzawajalla.

Artinya……Islam tidak akan pernah menjadi kekuatan kalau kita sendiri belum sadar akan pentingnya kesadaran berIslam,  membangun sebuah karakter dan menjadi pribadi-pribadi yang bertakwa, ceramah keagamaan di televisi, tabligh-tabligh  akbar kalau mau kita perhatikan isinya tiada lain itu-itu saja, kalaupun ada tambahan sekarang  dengan aneka  hiburan dan lawakan supaya bisa tertawa ria.

Mana hasil daripada kumpulan-kumpulan  jemaah yang menghentak mata dengan mengundang dai’dai yang katanya ngetop layaknya selebriti kalau di negri ini ternyata masih saja dihiasi oleh kaum kemah, rakyat miskin, kebodohan, pecah belah, jauh dari kata maju, ceramaah keagamaan layaknya acara hiburan yang diselingi hiburan-hiburan (padahal yang sedang dibahas kan perkara surga atau neraka) Allahul musta’an..

Bahkan dari saya kecil isi ceramah di mushola-mushola biasanya  itu-itu saja (mengajak untuk bertakwa dan menjauhi laranganNya) bukankah begitu,!!!!!,  sekarang kita hanya perlu  mempraktekan dan konsisten menjadi pribadi yang baik.  Itu sudah cukup.

Maraknya fenomena-fenomena ini tidak lain didasari dengan tidak adaknya otoritas kegamaan yang berfungsi mengatur secara penuh oleh lembaga resmi negara, otoritas keagamaan seharusnya dikembalikan ke Kemenag Pusat, kalau di Malaysia saja ada sertifikat penceramah, apalagi di negara-arab  arab, seleksinya super ketat khusunya bagi mereka yang bisa berbicara agama di layar kaca dan minimalnya mereka harus hafal qur’an serta menguasai disiplin ilmu-ilmu Islam ditambah literaturnya, di timur tengah juga ada jaminan untuk para dai dari negara dibawah wewenang Kementrian wakaf atau kemenag jika di Indonesia, oleh karenanya jikalau kemenag mengambil alih secara utuh dibantu dengan MUI (Majelis Ulama Indonesia) untuk menjadi pemegang kepentingan dalam penyeleksian dai dan para khotib di setiap masjidnya termasuk para ustadz pesohor yang sering menghiasi layar televisI, tentu  ini akan lebih baik untuk kemaslahatan bersama menuju masyarakat muslim yang madani dan berwibawa. Bukankah ini yang kita inginkan selama ini !!!!!!!!!!!!!!!!

Fenomena keagamaan di negri ini diperparah lantaran  jabatan Menteri agama  yang seharusnya  di pilih dari kalangan profesional itu malah dipolitisasi, karena  Inilah awal dari pembenahan fenomenana keagamaan di Tanah air yang semakin menggelitik saja yaitu harus dimulai dari para petinggi dan pemangku kepentingannya, setelah itu sistem-sistem yang bermasalah harus di ubah  total khususnya dalam mencari arti "What Islam Is" di negri ini seperti ada kerusakan sistem ibarat anggota tubuh yang saluran darahnya sudah tersumbat, kalau dibiarkan bisa berbahaya dan menyebabkan kematian hati masal. SEMOGA…..

Tulisan ini di dedikasikan untuk rekan-rekan yang gelisah akan banyaknya fenomena di negri yang sama-sama kita cintai ini

Penulis : Guntara Nugraha Adiana Poetra, Lc

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun