Sudah beberapa kali saya mendengar pesan dan peringatan teman2 sesama WNI di Mesir agar berhati2 dengan diagnosa dokter yang sering kali salah dan terkesan asal-asalan sehingga sering terjadi Mal Praktek.
Beberapa hari lalu kejadian ini pun terulang kembali terhadap saudara sesama pelajar WNI Ust M. Dzofir mahasiswa program pasca sarjana Universitas Liga Arab asal Jember yang berakhir dengan meninggalnya beliau tanggal 9 september 2013.
Menurut kabar dari teman dekatnya bahwa Mdz membeli sebuah obat kumur2 di sebuah apotik, ternyata obat kumur2 tersebut sangat keras sehingga mengakibatkan gusi berdarah dan bibir terbakar.
Kemudian Mdz pun berobat ke sebuah balai pengobatan, setelah di diagnosa lalu diberikan obat untuk memberhentikan gusi yang terus mengeluarkan darah. Ternyata lagi-lagi obat yng diberikan juga salah sehingga terjadi pendarahan di otak, lambung dan organ lain.
Hanya berselang beberapa hari dari membeli obat kumur2 tersebut saudara Mdz menghadap sang Khalik.
Hidup dan mati manusia memang ada dalam genggaman dan kuasa Allah sang pencipta pemilik alam dan seisinya.
Namun hidup mati seseorang tidak terlepas dari sebab dan akibat.
Keteledoran dan diagnosa yang asal-asalan oleh seorang dokter dan kesalahan dalam memberikan obat menjadi pemicu utama pada kasus Mdz ini.
Di Indonesia saya melihat tulisan-tulisan di sebuah apotek "Tidak menerima pembelian obat tanpa resep dokter" ini adalah upaya pencegahan kesalahan dalam pemberian obat dan meminimalisir over dosis yang dapat saja terjadi.
Namun di Mesir saya tidak pernah melihat ada tulisan seperti diatas di apotek2. Bahkan sering saya melihat penjaga apotek bukan dari lulusan kuliyah khusus apotek (apoteker) tapi pekerja yang sudah lama ikut membantu di apotek tersebut dan dianggap sudah mengetahui beberapa obat dan fungsinya.
Ini pokok pangkal kesalahan itu. Seseorang yg belajar mengenai perobatan hanya dengan otodidak dan belajar selama berada di apotek yang dia jaga akan berbeda kualitas kelimuannya dan pengetahuannya tentang obat dan fungsi obat tersebut dengan orang yang memang mendalami ilmu perobatan dengan belajar pada ahlinya (kuliyah).
Lain di Indonesia lain di Mesir, Mesir terlalu mengnggap remeh hal ini sehingga seringkali terjadi kesalahan-kesalahan yang berakibat fatal bahkan sampai menyebabkan kematian pada pasien.
Semoga teman-teman WNI di Mesir dapat mengambil pelajaran dari kasus ini sehingga kesalahan fatal dari seorang apoteker dan dokter tidak menimpa kita, Amin.
Semoga Allah menerima amal ibadah saudara kita M. Dzofir dan mengampuni segala dosa-dosanya, Amin Allahumma Amiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H