Menurut Iffah Al-Walidah (2017:319) Dizaman yang serba canggih ini salah satunya yaitu perkembangan teknologi yang telah menciptakan berbagai fenomena-fenomena menarik dalam kehidupan masyarakat. Salah satu hal menarik tersebut yaitu koneksi gadget dan internet. Dengan koneksi tersebut kita dapat menciptakan hubungan antar wilayah, negara bahkan antar benua.Â
Dengan koneksi tersebut kita juga bisa melakukan percakapan, mencari bahkan dapat menyebarkan informasi tanpa adanya batasan waktu. Di era digital ini yang ditandai dengan arus informasi cepat dan bebas, masyarakat sering kali menerima berita tanpa mengetahui kebenarannya.
 Fenomena penyebaran berita palsu atau informasi yang belum diverifikasi dapat menyebabkan keresahan, ketegangan sosial, bahkan konflik di tengah masyarakat. Sikap *tabayyun*, yang berarti memverifikasi atau mengklarifikasi suatu informasi sebelum mempercayai atau menyebarkannya, menjadi penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti dijelaskan dalam Al - Qur'an surat Al- hujurat : 6 bahwasanya "jika seseorang datang kepadamu dengan membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuanmu yang berakibat kamu meyesali perbuatanmu itu". Â
Dari penggalan arti ayat tersebut menyatakan bahwa adanya sikap atau adab orang yang beriman ketika berhadapan dengan suatu persoalan atau berita yang belum jelas kebenarannya.Â
Dari perspektif sosiologi antropologi, sikap tabayyun memiliki peran besar dalam menjaga stabilitas dan harmoni sosial di masyarakat, karena proses klarifikasi informasi ini sesuai dengan nilai-nilai komunitas dan integritas sosial.
Dalam antropologi, masyarakat dipahami sebagai entitas yang terdiri dari individu-individu dengan sistem nilai, kepercayaan, dan norma-norma yang membentuk budaya bersama. Informasi yang tersebar di dalam masyarakat tidak hanya dianggap sebagai data atau berita semata, tetapi juga berpotensi memengaruhi persepsi, hubungan sosial, dan struktur komunitas.Â
Ketika suatu berita diterima, masyarakat cenderung meresponnya berdasarkan nilai budaya dan kepercayaan kolektif mereka. Sikap tabayyun dalam hal ini memiliki kemiripan dengan proses verifikasi yang ada dalam berbagai budaya. yang mana kelompok atau individualisme melakukan klarifikasi bersama sebelum menyimpulkan sesuatu yang bersifat publik.
Menurut M. Quraish Shihab (2012:289) didalam bukunya menjelaskan bahwa jika sikap ini dibiarkan berlanjut, maka kehidupan bermasyarakat menjadi tidak tenang dan damai. Dalam kehidupan bermasyarakat, kita sebagai umat islam yang beradab seharusnya mengetahui etika berperilaku maupun bersikap. Antropologi juga menekankan bahwa informasi yang tidak akurat atau menyesatkan dapat menimbulkan disintegrasi sosial.Â
Informasi yang salah, terutama jika berkaitan dengan masalah yang sensitif, berpotensi mengubah pola interaksi antarindividu maupun antarkelompok dalam kehidupan bermasyarakat.Â
Dalam banyak budaya, terdapat mekanisme yang mirip dengan *tabayyun* Â suatu bentuk kewaspadaan kolektif untuk memastikan bahwa informasi yang beredar tidak merusak keutuhan sosial.