Mohon tunggu...
Akhmat Haridi
Akhmat Haridi Mohon Tunggu... -

sebuah kenikmatan dalam menjalani hidup adalah kita nikmatai apa yang kita miliki

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Proyek???

28 Januari 2012   00:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:22 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

suatu hari di perusahaan tempat aku bekerja, terjadilah pergantian pemimpin. karena pemimpin yang dulu di pindah tugaskan ke cabang perusahaan lain. aku dan teman-teman merasa kehilangan dengan kepindahan sosok pemimpin. Pemimpin kami dulu seorang pemimpin yang sangat memperhatikan kami. tidak pernah menyakiti dan tidak pernah membuat kami bimbang. Dia selalu memberi ketenangan dan kenyamana dalam bekerja, sehingga kami pun merasa betah dan tekun dalam bekerja. dan tidak pernah juga mempunyai pikiran dan imajenasi yang negatif terhadaplingkungan kerja kami. dan hari ini lah dia sudah pergi meninggalkan kami. walau bukan untuk selamanya tapi kami sangat kehilangan.

Kami berharap pemimpin perusahaan kami yang baru pun juga mempunyaisifat seperti dia. Namun, semua berkata lain saat dia datang dan menampakkan dirinya sudah terlihat jelas raut wajah yang aroganis.

satu minggu, dua minggu dan satu bulan pun berlalu. kami merasakan suatu yang tidak nyaman dengan pemimpin baru ini. semua yang dia lakukan hanya untuk kepentingan dirinya sendiri tanpa mempedulikan karyawan dan anak buahnya yang lain.

suatu hari dia (pemimpin baru ini) menjlentrengkan segala program yang dia punya. kami pun hanya diam menanggapinya dingin. karena yang dia programkan kelihatannya membuat kami bosan.

saat itu saya memprogramkan dengan adanya sebuah buletin untuk mempromosikan perusahaan kami. dia menangapi dengan senang dan setuju. tetapi apa yang terjadi saat sebuah buletin itu mau kami terbitkan seolah dia diam dan lupa dengan proposal yang dia setujui. Dia malah sibuk mengurusi proyek-proyek dia sendiri. yang jelas mungkin dia mendapat untung sendiri. yang anehnya lagi proyek itu dia sendiri yang menangi dalam segala hal. padahal yang namanya sebuah perusahaan juga sudah punya bagian-bagian sendiri yang mengurusi. mengapa dia semua yang menangi. kayak kami gak pecus bekerja aja.

yang anehnya lagi dia akan memutasi dan mungkin akan mengeluarkan sebagian karyawan tanpa sebab apapun. dan paling kami jengkelkan adalah rekan kami wakilnya dia seolah-olah baik pada kami, padahal dia ternyata musuh dalam selimut, srigala berbulu domba. entah demi keuntungan dan mendapat uang atau apa agar bisa dekat dengan pemimpin baru ini agar tak terancam dia pindahkan. dia bekerja sama memasukkan beberapa pegawai padahal posisi itu sudah ada yang menduduki. dengan kata lain ada penumpukan pegawai di posisi yang sama.

setelah kejadian itu, dengan alasan ada penumpukan pegai di posisi yang sama dia mulai beraksi mengelurkan pegawai. anehnya teman kami yang telah lama bekerja malah di keluarkan di ganti dengan orang baru. dan itu tidak hanya satu posisi sudah empat orang teman kami yang di keluarkan, padahal dia bekerja bagus dan perusahaan ini berkembang dan maju. malah di ganti dengan orang baru yang belum jelas kinerjanya. terdengar kabar di posisiku juga akan datang orang baru dan aku pun merasa cemas dan marah jengkel pada pemimpin baru ini. bisa-bisa aku juga ikut di keluarkan.

satu hari dua hari aku tunggu orang baru itu, akan ku tanya apa mau datang ke seni. kau membawa petaka bawa kami, kami bekerja untuk anak istri kami. karena kau ke sini membuat dan menghancurkan mimpi-mimpi kami yang semula indah jadi berantakan.

kami pun membuat kesepakatan, mengadukan ke kantor pusat akan keadaan di kantor perusahaan kami.

datanglah kami kami ke kantor pusat menghadap Pimpinan utama kami. ternyata dia sudah mengetahui keadaan di kantor kami dan dia sudah akan memanggil Pemimpin Cabang di kantor kami.

setelah mengadu, kami kembali ke kantor. kulihat wajah pemimpin kantor cabang kami begitu bengis dan kayak macan ompong marah begitu juga dengan wakilnya itu. dalam hati aku bertanya aku tak peduli dengan kamu walau kau tampakkan seribu wajah marahmu aku tak takut. kau bertindak sesukamu aku pun juga bisa bertindak. ku teruskan langkah menuju meja kerja dan melanjutkan kerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun