Mohon tunggu...
Akhmad Zailani
Akhmad Zailani Mohon Tunggu... Jurnalis - jurnalis/penulis

lelaki sederhana yang berusaha baik hati

Selanjutnya

Tutup

Drama

Isyarat Ahok & Bunga

28 April 2017   08:16 Diperbarui: 28 April 2017   18:00 2130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Isyarat Ahok & Bunga

KALAH dalam Pilkada Jakarta, tapi mendapat banyak karangan bunga. Itulah hebat Ahok atau Basuki Cahaya Purnama (BCP),  Gubernur Jakarta hingga Oktober 2017.  Usai hasil perolehan suara diketahui, Ahok menyebutkan, dirinya tidak sepenuhnya “kalah”, dia masih gubernur Jakarta hingga Oktober 2017. Bisa jadi itu isyarat kepada pihak yang terkait dengan dirinya (dan mungkin ada urusan atau kepentingan),  bahwa “jangan berkecil hati”, masih ada ada waktu hingga Oktober 2017, untuk “menuntaskan urusan”.  

Di bagian lain, Ahok juga menghibur atau “menenangkan” orang-orangnya di pemerintahan,  Gubernur baru pun tak bisa langsung melakukan mutasi setelah dilantik. Enam bulan setelah dilantik menjadi gubernur, baru mutasi pejabat boleh dilakukan. Itu berarti masih ada waktu untuk menuntaskan pekerjaaan, paling tidak setahun setelah Pilkada.

Karangan bunga untuk Ahok lebih banyak sebagai ungkapan terima kasih, dukungan, perhatian, tanda simpati atau sebagai apresiasi atas kinerja Ahok selama menjabat sebagai Gubernur Jakarta.   Siapa yang berterima kasih?  Bila boleh disebut, tentu saja warga. Siapa saja warga yang perlu mengeluarkan uang untuk mengucapkan terima kasih?  Tentu saja bukan warga biasa. Warga yang memiliki uang untuk memesan karangan bunga.  Walaupun di sisi lain, ada yang menyebut,  karangan bunga itu sebelumnya sudah dipesan untuk kemenangan Ahok-Djarok.  Karangan bunga itu tentu harganya lebih mahal dari 10 kg beras atau sembako lainnya. 

Warga biasa, apalagi yang tak biasa mengucapkan “terima kasih”, “berduka cita”, tentu akan berpikir lama untuk memberikan karangan bunga kepada seseorang.  Si pengirim karangan bunga tentu sudah berhitung-hitung,  bahwa apa yang telah diberikan Ahok kepada mereka lebih besar dari sekedar harga karangan bunga tersebut. Kecuali, bila bunga yang diberikan oleh warga adalah bunga biasa. Tidak ada papan ucapannya.  Dan bunganya bisa dipetik atau didapatkan tanpa harus mengeluarkan uang. Kita amati saja selama rentang 6 bulan hingga Oktober 2017 nanti. Atau setelah 6 bulan kemudian, ketika Ahok tidak lagi menjadi Gubernur Jakarta. Tentu ada sesuatu yang berita yang menarik dan mungkin saja mengejutkan.

Politik itu mahal,
 bahkan untuk kalahpun
 kita harus mengeluarkan banyak uang.
 (Will Rogers, Pelawak Politik)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun