Mohon tunggu...
Akhmad Yaslim
Akhmad Yaslim Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis, Pengusaha, Desain Grafis

Suka nulis dari lulusan SMK, aktif komunitas milis semakin menambah ilmu, pengen kuliah double major

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Eksotis Gak Lah Muara Begawan Solo Kini

5 Januari 2010   04:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:37 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bengawan Solo Riwayatmu ini Sedari dulu jadi... Perhatian insani Musim kemarau Tak seberapa airmu Dimusim hujan air.. Meluap sampai jauh Mata airmu dari Solo Terkurung gunung seribu Air meluap sampai jauh Dan akhirnya ke laut Itu perahu Riwayatnya dulu Kaum pedagang selalu... Naik itu perahu By Gesang hal ini yang mau kungkap bila ekosistem di ujung begawan solo yang akhirnya kelaut itu bisa menjadi daya tarik seperti lagu gesang yang sudah menjadi musik dunia . dalam dalam ini adalah kelestarian lingkung muara begawan solo sebaik seperti di saat bapak gesang masih muda ,kita bisa mendengar burung yang berkicauan dengan rimbunnya pohon magrove yang terdengar sangat  jelas serasa dekat telinga. Setelah aku lakukan penjelahan saat aku pulang dari kota.ternyata pikiran ku akan kemajuan itu pupus setelah aku menyusuri muara Bengawan Solo di Ujung Pangkah, Gresik, Jawa Timur, terasa menyusuri keprihatinan. Rerimbunan bakau tumbuh jarang. Puluhan hingga ratusan hektar tambak udang dan bandeng, yang mengonversi hutan bakau, menunggu waktu ditelan gelombang Selat Madura. Di mana saat memancing ikan dan mengujungi suaka burung di kecamatan ujung pangkah tempat yang dulu burung laut singgah setelah menyebari benua untuk bermigrasi ternyata timpat tinggal pohon magrove sudah berubah drasitis. sebagai catatan, ekosistem bakau Ujung Pangkah menjadi langganan persinggahan rombongan burung migran setiap tahunnya. Total populasi burung mencapai 76 jenis, dengan 26 jenis di antaranya burung migran. .dan dulu kata kakek di sana ribuan kawanan monyet asli bengawan solo pernah tinggal dan berkembang biak. Hal ini juga di rasakan dengan hilang rerimbunan bakau jarang ditemukan di sekitar tambak. Sejauh ini, tren di kawasan pesisir Ujung Pangkah adalah berkurangnya vegetasi bakau. Tak heran, setiap tahun gelombang Selat Madura menelan tambak warga yang terus mengarah ke darat tanpa penahan gelombang. Sedari dulu hingga kini, muara Bengawan Solo di Ujung Pangkah merupakan gantungan hidup banyak nelayan. Akan tetapi, pada saat yang bersamaan, kondisinya terus terkena dampak ambrasi laut tanpa adanya upaya terobosan untuk memperbaiki.bila saja di perbaiki dari sekarang mungkin  gresik akan mendapatkan pemasukan dari sektor wisata .gesang saja dapat royalti dari begawan solo.kenapa kita sebagai pemilik wilayah muara begawan solo yang eksotis tidak dapat pendapat. tolong di kelola dengan baik....rakyat gresik menunggu..........!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun