Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Penulis - Menulis Untuk Indonesia Yang Lebih Baik
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Bukan Pekerja Kantoran

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Menikmati Hasil Pembangunan Purbalingga

9 Agustus 2020   06:25 Diperbarui: 14 September 2020   08:44 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trotoar tak layak untuk berjalan kaki antara terminal Bobotsari-Pos Polisi Gandasuli (dokpri)

Petahana yang memiliki jalur komando kepada para Kades, dengan bahasa  tak terang-terangan maupun bahasa resmi bisa  merayu  para Kades agar bantuan ini sampai ke masyarakat. Bantuan harus "netes" ada hasil,  masyarakat pilih petahana.

Obrolan bersama istri ini berlanjut. Kami sepakat mengobrol sambil jalan-jalan keliling kota kesayangan, kota Bobotsari. Kami star menuju jalan kantor pos, belok kiri hingga Pos Polisi Gandasuli,  lalu  ke kanan lewat  Kampung baru. Pilihan ke kampung baru, jalan bisa lebih santai, ternyata tidak kesampaian. 

Lalu lintas jalur kampung baru sangat padat. Kendaraan ke terminal dan jalur ke Pemalang menjadikan jalan ini ramai. Kami berjalan di trotoar yang dibangun Pemda Purbalingga 3 tahun silam. Trotoar berfungsi baik. Pasalnya bisa full untuk pejalan kaki, tanpa ada bangunan di atasnya. Beda dengan trotoar di jalur depan kantor kecamatan ke Barat, Selatan dan Timur yang banyak warung, material bangunan hingga garasi mobil di tempat pejalan kaki.

Berjalan di trotoar Kampung Baru tidak mudah. Bila tak hati-hati kaki bakal keseleo. Trotoar yang seharusnya dibangun indah, menarik dan aman bagi pejalan kaki, malah didesain naik turun-turun. Blinjat-blinjut sangat tidak nyaman.

Mas Joko, temanku, yang punya toko di jalur kampung baru bahkan mengusulkan agar Pemda Purbalingga melihat dan mengecek kembali trotoar agar bisa berfungsi, mudah untuk jalan, dibuat rata. "Dibuat trotoar jalan jadi sempit, desain asal-asalan," gerutunya ketika penulis bertamu.

Tak terasa kami sudah memasuki terminal Bobotsari. Terminal yang sudah melegenda  ini masih tetap kumuh. Hanya bus-bus besar terparkir di terminal. Sementara angkot jurusan Purbalingga yang masuk terminal hanya muter saja, itu juga tidak semua angkot masuk. "Jadi pengelolaan memang sangat kurang baik."

Fungsi terminal untuk koneksi antar moda darat dari berbagai jurusan. Sayangnya terminal Bobotsari fungsi itu sudah hilang. Masyarakat yang turun dari bus tidak bisa langsung bisa mendapatkan kendaraan lanjutan. Bagi warga ke arah Rembang,  harus jalan kaki, jauh ke wetan prapatan sebagai terminal liar.

Lalu masyarakat yang akan ke Golaga, Karang Reja harus jalan kaki ke arah Pegadaian. Kemudian yang ke arah Tangkisan, Pengalusan  harus ke Kidul Pasar. Terminal Bobotsari kini merepotkan, bukan memudahkan.

Trotoar yang brinjal-brinjul, terminal yang tidak berfungsi baik merupakan problem yang mestinya dapat diselesaikan pemerintah daerah, Bupati, Camat, Dishub bisa duduk bareng merancang kota lebih baik. Lebih bersahabat dan nyaman. Masih ada waktu 4 bulan  untuk membenahi kota. Mampukah? Masyarakat menanti "kerja nyata lan ana karyane" karya yang bermutu, tidak asal jadi. Yuu biasakan jalan kaki, pilih dulu jalan Kampung Baru Bobotsari.  ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun