Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Penulis - Menulis Untuk Indonesia Yang Lebih Baik
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Bukan Pekerja Kantoran

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Konektivitas Transportasi Laut yang Tak Boleh Terhenti

3 Agustus 2020   10:59 Diperbarui: 3 Agustus 2020   10:48 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awal 2020 seluruh negara di dunia terpapar virus corona yang dikenal dengan Covid-19, tak terkecuali Indonesia juga terkena corona. Imbas virus corona meliputi  semua aspek kegiatan keagamaan, ekonomi  tak terkecuali transportasi umum angkutan penumpang  baik laut, udara, darat dan kereta api, khususnya kereta api antar kota, semua berhenti.

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki perusahaan pelayaran nasional PT. Pelayaran Nasional Indonesia (persero), PELNI. Sebagai agen pembangunan,  perusahaan yang telah mengabdi sejak 28 April 1952 tanpa henti dengan 26 kapal penumpang jarak jauh berlayar untuk menghubungkan satu pulau dengan pulau-pulau  di nusantara.

Selain kapal penumpang jarak jauh, PELNI juga mengoperasikan 46 trayek kapal perintis untuk konektivitas ke daerah terpencil, tertinggal, terdepan dan perbatasan (T3P) yang jauh dari ibu kota.

Daerah T3P juga ditempati warga. Mereka butuh bahan pokok, juga barang penting yang belum tentu dapat dipenuhi mereka sendiri. Karenanya pemerintah menugaskan PELNI untuk mengoperasikan kapal perintis agar mobilitas warga dan  arus kebutuhan pokok terpenuhi  serta hasil daerah T3P dapat dipasarkan keluar.

PELNI tak  hanya mengoperasikan  kapal penumpang dan kapal perintis. Pemerintah juga memiliki gagasan brilian menciptakan tol laut. Beda dengan tol darat yang dibangun prasana jalan tol, pada  tol laut lebih pada penciptaan jalur pelayaran dari daerah  maju ke daerah T3P, tujuan utamanya memasok kebutuhan pokok, barang penting dan mengangkut hasil alam untuk di pasarkan di derah maju.  Sejak diluncurkan pemerintah bersama PELNI 5 tahun silam, tol laut berhasil menstabilkan harga dan meningkatkan kesejahteraan daerah T3P.

Virus korona berimbas, sejumlah daerah menerapkan  kebijakan lockdown untuk mencegah virus corona ke  daerahnya. Pemerintah daerah menutup  pelabuhan dan bandaranya,  menutup diri untuk disinggahi kapal dan pesawat pengangkut penumpang. Akibat penutupan pelabuhan,  dampaknya sangat  luas bagi perkonomian wilayah. Pemda membuka pelabuhan namun hanya untuk angkutan logistic, sedangkan untuk akses penumpang sama sekali ditutup.

PELNI sebagai operator kapal penumpang negara juga  terkena dampak. Kapal-kapal yang biasanya hilir mudik di laut harus port stay di pelabuhan Makasar, Bitung, Surabaya, Tanjung Priok, dan pelabuhan lain tempat homebase kapal.

Tidak beroperasinya kapal-kapal penumpang PELNI berdampak tidak  hanya kepada operator saja, namun juga kepada penyelenggara pelabuhan, juga kepada para pekerja,  pedagang di sekitar pelabuhan yang tak  mampu berdenyut lagi.

PELNI  sebagai perusahaan BUMN transportasi laut juga tak dapat menghindar dari virus  corona. Kapal-kapal PELNI sebagai penghubung nusantara untuk menyatukan Indonesia terhenti, khususnya untuk kapal penumpang. Sedangkan untuk kapal 3in1 seperti KM. Dobonsolo, KM. Ciremai dan kapal Gunungdempo yang dapat  mengangkut container, kendaraan, kargo umum dan menangkut penumpang masih bisa beroperasi dan diijinkan otoritas pelabuhan untuk muat bongkar barang saja.

Terhentinya pelayanan kapal  penumpang bukan berhentinya layanan PELNI, perseroan yang sudah mengabdi kepada masyarakat dan negara sejak 68 tahun silam itu  masih dapat mengoperasikan kapal-kapal pengangkut logistic ke berabagai pulau, khususnya Indonesia timur dan daerah T3P  dengan kapal perintis, kapal ternak  dan kapal tol laut.

Dengan dioperasikan kapal tol laut, kapal ternak serta kapal 3in1, PELNI masih bisa bernapas, pasalnya pendapatan angkutan pelayanan public mesih mendominasi pendapatan perseroan. Kapal-kapal tol laut dan kapal barang mampu menopang pendapatan angkutan penumpang yang turun drastic. Angkutan barang volumenya naik hingga 300 %. Meski demikian, pendapatan angkutan barang yang masih sekitar 5 % dari pendapatan keseluruhan perseroan belum mampu menolong pendapatan perusahaan.

Seperti perusahaan transportasi pada umumnya, seperti Garuda, Lion, Air Asia, dan perusahaan otto bus yang mulai mem-PHK karyawan dan kesulitan keuangan, semoga PELNI dapat terhindar dari kondisi tersebut. Harapannya ekonomi Indonesia mampu bangkit kembali dan Indonesia terhindar dari resesi ekonomi. Amiin. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun