Kalau saja dikaji seksama sebelum dibangun, jalan tembus Taman Kaligesing, Tlahab Lor-Siwarak-Golaga (Gua Lawa) sudah dapat dinikmati warga. Jalan tembus dengan pemandangan sangat eksotik ini dirintis Bupati Tasdi, Bupati kreatif dan sangat inovatif. Sayang tidak dilanjutkan dan terbengkelai sudah 2 tahun lebih.
 Jalan yang sudah dibangun dengan uang rakyat itu rusak. Aspalnya mengelupas,  batu-batu keras lancip menyembul diiringi  rerumputan yang tumbuh. Menurut keterangan Humas Pemkab Purbalingga, Sapto jalan itu terbengkalai karena secara struktur daerah itu tidak layak untuk jalan, karena melewati Goa Lawa yang notabene bisa merusak goa jika diatasnya dikasih jalan.Â
Pembangunan jalan tembus penting. Jalan alternatif  bukan sekedar akses cepat menuju obyek wisata unggulan di Purbalingga dari arah  Bobotsari, namun berpotensi meningkatkan nilai ekonomi dan solusi bila jalur utama macet. Hasil pertanian berupa nanas, sayuran, kayu  seharusnya mudah diangkut ke luar untuk dipasarakan. Sayangnya Tasdi, saat itu tidak cermat sehingga jalan itu tidak dilanjutkan  oleh Bupati Purbalingga saat ini.
Saat ini jalan hanya bisa dilewati sepeda motor. Mobil tidak bisa lewat jalan  tembus, terputus sebelum masuk  Siwarak. "Sayang-sayang banget," ujar Slamet, warga yang bertemu penulis yang keseharian menggunakan jalan tembus untuk berjualan jajananan ini.Â
Ketika penulis jalan pada awal  2018 mobil bisa melintas mulus hingga gardu Curug Silintang, namun kini kondisinya jauh berbeda. Sebagian jalan  terdapat  lubang-lubang  besar di tengah jalan, aspal mengelupas. Batu-batu lancip  pun menyembul bersama rerumputan. Sayang pula  jalan yang sudah dicor,  di beberapa tempat  sebagian dipenuhi lumpur karena selokan tidak  terpelihara.
Meskipun penuh perjuangan keberhasilan menembus Gua Lawa dari Taman Kali Gesing melegakan, bisa menambah pengalaman dan bisa berbagi cerita. Niat pertama menembus Golaga dengan mobil bersama cucu-cucu. Melihat tanjakan tinggi, kami urungkan. Lalu kami mengajak cucu dan anak-anak tetangga ke Curug Silintang.
Pada awal Juli saya bersama pasangan mencoba kembali menelusuri jalan dengan pemandangan indah. Karena motor yang kurang sehat dan kurang siap memanjat, saya gagal naik di tanjakan selepas Curug Silintang. Kami terjatuh dan  pulang dengan spion rusak.
Masih penasaran, saya pergi sendiri pada Selasa di minggu kedua bulan Juli. Penulis naik motor sendiri. Sebelum belok dari jalan utama Bobotsari-Pemalang,  hujan tiba, diawali gerimis  hujan makin besar namun hanya sebentar,  bumi sudah basah, termasuk bumi Tlahab Lor sebelum nanjak di Bayeman. Hujan lah yang mengantar penulis  mampir ke  warung mba Kus. Dalam warung mirip gerbong kereta jaman  dulu penulis menadapat informasi jalan tembus Kaligesing-Siwarak.
Sebelum bercerita jauh, saya memperkenalkan diri. Lalu mereka menuturkan kondisi jalan tembus Tlahab Lor-Siwarak yang tak pernah tembus. Setelah dirasa cukup, masjid yang dilengkapi TPQ Â bercat hijau ala NU memberikan banyak kenangan. Jamaah yang banyak dan tempat generasi muda menuntut ilmu Agama Islam, Â berdiri. Sebagai muslim lega.
Pas balik ada suara motor maraung keras. Lalu motor itu saya stop. Dua anak menjelang usia remaja kuntanya dengan logat Purbalingga "Koa arep manjat? Melu ya," kataku semangat sambil memutar motor.
Dua calon pemimpin bangsa mendahului di depan. Motornya montang-manting, selip. Pengemudinya turun, dan didorong pemboncengnya, kompak  bak pasangan calon bupati. Sampailah motor itu ke atas bukit.
Kami melanjutkan perjalanan terjal. Di kiri jurang, pemandangan hijau, indah dengan mayoritas tanaman nanas, pohon kayu manis, pisang dan pohon albasia ini menggoda penulis untuk berhenti sejenak. Menengadah ke atas, kawat-kawat baja terhubung dari sebuah pos peluncur dan pos turun. Mungkin dulu Pak Tasdi sudah merintis wisata pemandangan alam. Sayang terhenti sebelum selesai. Berapa milyar uang rakyat sia-sia terbuang?Â
Selepas bertemu seorang warga yang dulu mendukung Tasdi menjadi Bupati, penulis kembali ke jok motor lalu jalan. Tak jauh, tembo-tembok warna putih sudah Nampak. Makin dekat kompleks wisata Golaga sudah disampingnya. Sampai di Golaga. Penulis tak masuk hanya berhenti di depan warung-warung tak tertata rapih. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H