Mohon tunggu...
Akhmad Rijal
Akhmad Rijal Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Indah pada batasnya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Heli Rakitan Anak Bangsa Menguncang Linimasa Twitter

21 Februari 2017   17:41 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:25 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar dari : kompasiana.com

Persoalan pengadaan alutsista terutama terkait soal helikopter kembali bergulir di linimasa media sosial twitter, kali ini hashtag (#) yang ramai diperbincangkan adalah #HeliRakitanAnakBangsa. Pada hashtag itu para netizen ramai-ramai mempersoalkan adanya indikasi heli rakitan anak bangsa yang selama ini digarap oleh PT. Dirgantara Indonesia ( PT. DI)  adalah KW (palsu), bukan ciptaan anak bangsa, melainkan hanya dirakit anak bangsa, heli tersebut adalah buatan Airbus. Airbus adalah sebuah perusahaan aviasi yang bermarkas di Prancis. Kebanggaan PT. DI yang mengklaim mampu menciptakan helikopter itu ternyata pencitraan belaka.  PT. DI sebenarnya belum memiliki kemampuan dalam merakit helikopter secara swadaya.

Minggu kemarin masih jelas di ingatan saya, dan saya juga menulis artikel yang membahas persoalan helikopter. Pada minggu itu netizen juga ramai membicarakan pengadaan helikopter AgustaWestland 101 (AW 101) yang dikatakan tidak sesuai prosedur, padahal secara gamblang pengadaan helikopter itu telah  masuk dalam rencana strategis dalam kebijakan pembangunan pertahanan negara. Helikopter AW 101 diadakan dalam rangka menjaga postur pertahanan negara menjadi ideal, dengan itu diharapkan pertahanan militer dapat terjamin. AW 101 yang datang adalah heli yang digunakan sebagai alat angkut berat dan untuk kepentingan SAR . Sayang kedatangan itu menuai polemik di kubu TNI, panglima TNI yang merasa kewenangannya terkebiri oleh Permenhan nomor 28 tahun 2015 menyangkal dirinya mengetahui pengadaan helikopter AW 101 itu. Minggu kemarin, nama PT. DI belum muncul dalam sengkarut helikopter AW 101 dan nama helikopter super puma belum muncul pada diskursus yang bergulir di twitter. Tapi hari ini nama PT. DI dan helikopter super puma santer diperbincangkan, ada apa sebenarnya? Masih adakah korelasinya dengan #HeliJelangkung yang sempat ramai kemarin.

Sumber gambar dari : kompasiana.com
Sumber gambar dari : kompasiana.com
Saya pikir terkait pengadaan helikopter AW 101 telah membuat PT. DI gerah, sebab mereka sebagai perusahaan aviasi dalam negeri merasa memiliki kemampuan untuk membuat helikopter. Iya memang PT. DI mengklaim mampu memproduksi helikopter, tapi, yang harus dicermati dari situ adalah apakah helikopter itu benar-benar produksi PT. DI dan diciptakan oleh tangan-tangan terampil anak bangsa? Ternyata pada kenyataannya tidak, PT. DI tidak lain adalah kongsi dagang. PT.DI merupakan perpanjangan tangan dari sebuah korporasi aviasi asing yang bernama Airbus.  Airbus bersembunyi dibalik jubah PT. DI untuk dapat menguasai perdagangan alutsista, khususnya pesawat terbang dan helikopter. Helikopter super puma yang diklaim ciptaan dalam negeri tidak lain adalah buatan Airbus, tangan-tangan anak bangsa hanyalah bertugas untuk menyatu-padankan bagian-bagian helikopter yang dikirim sebagai paket besar dalam potongan-potongan terpisah.

Sumber gambar : beritamoneter.com
Sumber gambar : beritamoneter.com
Masihkan kebanggaan helikopter rakitan anak bangsa bisa didengungkan oleh PT. DI? Atau sebenarnya slogan rakitan anak bangsa itu hanyalah kedok untuk menutupi kenyataan bahwa sebenarnya PT. DI adalah pelayan korporasi asing?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun