Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia telah menjadi fondasi kehidupan bernegara sejak proklamasi kemerdekaan. Sebagai pedoman, Pancasila mengatur bagaimana bangsa ini menjalankan kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Namun, eksistensi Pancasila sering kali menghadapi tantangan, baik dari luar maupun dari dalam negeri. Tantangan internal menjadi perhatian serius karena datang dari dalam tubuh bangsa itu sendiri, yang seharusnya menjadi penjaga dan pelaksana nilai-nilai Pancasila.
1. Pemahaman yang Minim terhadap Pancasila
Salah satu tantangan utama adalah rendahnya pemahaman masyarakat terhadap Pancasila. Meski Pancasila diajarkan sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi, banyak warga negara yang hanya mengenalnya secara tekstual tanpa memahami esensi nilai-nilainya. Hal ini menciptakan kesenjangan antara apa yang diidealkan Pancasila dengan praktik kehidupan sehari-hari. Minimnya pemahaman ini membuka peluang munculnya perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, seperti intoleransi, diskriminasi, dan egoisme kelompok.
2. Erosi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Masyarakat
Modernisasi dan globalisasi telah membawa perubahan signifikan dalam pola pikir masyarakat Indonesia. Dalam banyak kasus, nilai-nilai individualisme dan materialisme yang datang dari budaya asing sering kali bertentangan dengan nilai-nilai gotong royong dan kekeluargaan yang dijunjung tinggi oleh Pancasila. Perubahan ini membuat nilai-nilai Pancasila perlahan tergerus dan tidak lagi menjadi panduan utama dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Polarisasi Politik
Tantangan internal lainnya adalah polarisasi politik yang semakin tajam, terutama dalam beberapa tahun terakhir. Persaingan politik yang tidak sehat sering kali mengabaikan kepentingan bersama dan justru memecah belah masyarakat. Kampanye politik yang mengedepankan kepentingan kelompok tertentu atau menyebarkan narasi yang bertentangan dengan nilai persatuan Pancasila dapat memperlemah kohesi sosial bangsa.
4. Kurangnya Keteladanan dari Pemimpin
Pancasila tidak hanya sekadar ideologi, tetapi juga harus diwujudkan dalam tindakan nyata, terutama oleh para pemimpin. Sayangnya, dalam banyak kasus, para pemimpin bangsa sering kali gagal memberikan teladan dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang dilakukan oleh pejabat negara menjadi contoh buruk yang merusak kepercayaan masyarakat terhadap implementasi Pancasila dalam sistem pemerintahan.
5. Munculnya Paham Radikalisme dan Ekstremisme
Meskipun secara historis Pancasila dirancang untuk mempersatukan keragaman Indonesia, paham-paham radikal yang bertentangan dengan nilai Pancasila masih terus muncul. Hal ini sering kali disebabkan oleh ketidakpuasan terhadap pemerintah atau kurangnya pemahaman terhadap kebhinekaan. Radikalisme yang menyasar kelompok muda melalui media sosial juga menjadi ancaman serius terhadap eksistensi Pancasila.