Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Otak Emosional, Bagaimana Emosi Diproduksi?

1 April 2022   10:37 Diperbarui: 1 April 2022   14:00 2810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari psyposh.org

Mekanisme sistem saraf manusia memungkinkan siapa saja untuk mengatur emosi awal yang pada akhirnya kita perlihatkan sebagai respon (perilaku)

Tamparan Will Smith (WS) kepada Chris Rock (CR) bisa menjadi momen paling diingat tahun ini. Dari berbagai sudut pandang, hal tersebut tentu sangat menarik untuk diperbincangkan. WS jelas aktor jempolan, buktinya penghargaan Oscar berhasil dia gondol sesaat setelah peristiwa penamparan. Jangan-jangan itu hanya gimmick untuk rating. 

Toh, banyak orang juga melihat momen WS ikut tertawa saat awal-awal CR melempar candaan. Namun, melihat pidato dan ekspresi sesaat setelah menerima piala, penamparan tersebut jelas reaksi emosional baginya. Sekali lagi, banyak orang bertanya mengapa Will Smith dengan berbagai kapasitasnya melakukan penamparan saat marah, terlebih di depan umum.

Di kelas, saya sering bertanya pada mahasiswa; "mana yang lebih dulu, emosi atau berpikir?" setelah saya memperlihatkan kejadian-kejadian emosional seperti pertengkaran di jalan raya, momen sedih seseorang yang mendengar berita duka dan banyak lagi. Bisa jadi, momen WS-CR akan menjadi koleksi video yang saya bagikan semester depan. Sebagian besar mahasiswa secara reaktif langsung menjawab bahwa emosi mendahului kognisi (berpikir). Benarkah demikian? Bagaimana juga dengan pendapat bahwa kita merasa (emosi) dengan hati?

Berpikir Tentang Emosi

Tidak perlu menjadi ahli saraf untuk memahami pentingnya emosi dalam kehidupan sehari-hari. Emosi mendorong sebagian besar kehidupan kita sehari-hari. Kita mengejar apa yang menurut kita bermanfaat dan membuat bahagia dan menghindari hal-hal sebaliknya. Emosi akan menjadi selalu menarik untuk dibahas, karena dibandingkan dengan gerakan (motorik), kemampuan sensorik dan kognitif, emosi relatif kurang dipelajari dalam neurologi. Emosi memang relatif lebih sulit untuk dipelajari, terutama dalam hal pengukuran yang bisa diandalkan.

Emosi merupakan fenomena psikologis-fisiologis (biasanya berumur pendek) sebagai model adaptasi paling efektif manusia dengan tuntutan lingkungan 

Banyak ahli menyebut emosi sebagai sebuah fenomena psikologis-fisiologis berumur pendek yang mewakili mode adaptasi paling efektif manusia terhadap tuntutan lingkungan yang berubah dengan cepat. Emosi mengatur berbagai respons tubuh dan neurologis termasuk sensasi di organ jeroan kita (usus, lambung), ekspresi di wajah dan tubuh, dan mengubah perhatian dan pikiran. Respon emosional biasanya sangat membantu dan segera mengkoordinasikan pikiran dan tubuh untuk situasi yang muncul.

Secara umum, otak memproses emosi dalam serangkaian langkah. Pertama, informasi yang masuk harus dinilai dan diberi nilai emosional. Proses ini seringkali sangat cepat dan mungkin melampaui kesadaran kita. inilah yang menyebabkan kita cenderung tidak berpikir saat bertindak emosional. Meski begitu, reaksi emosional awal kita bergantung pada sejumlah bias dan konteks individu. K

ita kemudian dapat mengidentifikasi dan merasakan emosi tersebut. Tergantung pada situasi sosial, kita mungkin harus mengatur ekspresi emosi itu. Misalnya, ada saat-saat dimana kita mungkin ingin mengungkapkan kemarahan atau rasa jijik, tetapi bagaimanapun juga harus tetap tenang. 

Pada sisi ini, kasus WS menjadi sangat rumit, ini jelas sangat subjektif. Perubahan ekspresi dari senang (tertawa) kemudian jijik dan marah (menampar) sangat dipengaruhi oleh situasi internal dan juga relasi emosional sebelumnya dengan sang istri.

Anatomi Saraf Emosi

Ilustrasi dari psyposh.org
Ilustrasi dari psyposh.org

Respons emosional refleksif awal terhadap sesuatu di lingkungan kita terjadi dengan sangat cepat dan sering kali luput dari kendali sadar. Respons ini terjadi di bagian kuno otak kita yang dikenal sebagai sistem limbik (limbic system). Istilah yang pertama kali dikenalkan oleh ahli saraf Paul Broca tahun 1878 dengan menyebutnya "le grand lobe lymbique."

Area mana saja yang disebut sistem limbik telah berubah sejak zaman Broca, namun secara umum para ahli sepakat untuk memasukkan struktur antara korteks (dua belah otak), hipotalamus dan batang otak. Amigdala dan hipokampus secara luas juga dianggap termasuk sistem limbik. 

Komponen yang paling penting dari sistem limbik untuk emosi termasuk amigdala, hipotalamus, korteks cingulate (cingulate cortex), dan area tegmental ventral (ventral tegmental). Namun perbedaan pendapat adalah hal lumrah, minimal kita mengetahui apa itu sistem limbik dan sistem paralimbik (paralimbic), yang berarti struktur yang berinteraksi erat dengan sistem limbik tetapi tidak benar-benar bagian darinya. 

Sistem limbik memiliki lebih sedikit lapisan neuron untuk memproses informasi, jika dibandingkan dengan kedua belahan otak. Hasilnya cepat, tetapi seperti yang ditunjukkan oleh pengalaman kita, reaksi emosional seringkali tidak mengintegrasikan semua informasi secara relevan. Inilah mengapa kita merasa sering tidak berpikir secara logis saat bertindak dalam kendali emosi. 

Bagaimana Otak Memberi Nilai Emosi?

Ada beberapa sistem berbeda di otak yang menghubungkan stimulus dengan nilai emosional. Prinsipnya, sama dengan cara kerja otak lainnya, sistem emosi tidak berdiri sendiri. Sistem ini berkomunikasi dan saling mempengaruhi dengan sistem lainnya. Motivasi disebut sistem yang paling terkait dengan sistem emosi di otak, karena emosi sering mengarahkan kita untuk bertindak.

Sistem pertama yang terlibat dengan penilaian emosi di otak adalah sistem penghargaan dopaminergik (the dopaminergic reward system). Sistem ini melibatkan area ventral tegmental dan nucleus accumbens. Struktur ini berada di tengah dan bawah otak, setinggi mata sampai area pelipis. Sistem ini merespons penghargaan, dan memotivasi kita untuk mengulangi sesuatu yang terasa baik.

Sistem kedua melibatkan sirkuit amigdala. Ini adalah dua kelompok saraf seukuran biji kacang yang berada di setiap lobus temporal, bagian terdepan belahan otak. Ini terutama memediasi respons kemarahan, ketakutan, dan agresi/menyerang.

Sistem lainnya yang terlibat emosi adalah insula. Secara harfiah insula berarti gua karena dia berada pada lipatan lobus frontal dan temporal di kedua belahan otak. Insula juga disebut sebagai bagian antiteror otak, dia membantu kita melakukan mediasi dengan reaksi jijik.

Mengenali Emosi

Setelah struktur yang disebutkan di atas melakukan penilaian emosi terhadap stimulus yang kita terima, reaksi emosi dimulai. Misalnya, amigdala terhubung ke hipotalamus dan dapat merangsang peningkatan denyut jantung dan peningkatan tekanan darah, yang keduanya merupakan bagian penting dari rasa takut atau marah. Insula terhubung ke saluran saraf visceral yang dapat membuat perut terasa mual. Tubuh kita dapat menangkap gejala-gejala ini dan mengenali suatu emosi.

Selain mencatat perubahan dalam tubuh, pusat emosi memproyeksikan ke area korteks yang memungkinkan kita mengenali emosi yang sedang terjadi. Misalnya, sirkuit penghargaan memproyeksikan ke korteks orbitofrontal medial, yang membantu kita memprediksi dan menentukan tindakan berdasarkan stimulus/informasi emosional.

Menjadi Dewasa

Pengertian dewasa dari setiap budaya manapun memiliki kesamaan dalam satu hal, yaitu bagaimana dan sejauh mana manusia mampu mengontrol emosi. Ada kalanya emosi harus diatur. Misalnya, kita tidak boleh menertawakan sesuatu yang kita anggap konyol saat dalam acara yang sakral, seperti ibadah, pemakaman atau lainnya. Bila emosi muncul pada saat-saat seperti itu, kita mungkin harus mengatur ekspresi emosi itu, seperti mencoba menekan emosi dengan tidak membiarkan wajah atau tubuh kita secara alami menunjukkan apa yang kita rasakan.

Dalam otak, korteks orbitofrontal aktif dalam kasus pengaturan emosi, dan kerusakan pada wilayah ini dapat menyebabkan impulsif dan ketidakmampuan kita untuk mengatur emosi. Namun, banyak yang menilai bahwa sisi kanan otak kita lebih terlibat dengan pemrosesan emosi seperti takut, sedih, dan jijik. Sedangkan belahan otak kiri dianggap lebih terlibat dengan kebahagiaan dan mungkin kemarahan. 

Meskipun beberapa penelitian ditemukan mendukung konsep umum ini, namun hal tersebut tetaplah penyederhanaan yang berlebihan. Emosi tidak hanya dihasilkan dari satu bagian otak kita tetapi bergantung pada beberapa jaringan yang terjalin yang melibatkan amigdala, area tegmental ventral, korteks orbitofrontal, dan banyak lagi yang semuanya berfungsi untuk menilai rangsangan eksternal, menghasilkan respons emosional awal. 

Respon awal ini kemudian dapat dikontrol dan diatur sebelum terlihat secara fisik. Artinya secara neurologis, mekanisme sistem saraf manusia memungkinkan siapa saja untuk mengatur emosi awal yang pada akhirnya kita perlihatkan sebagai respon (perilaku). Respon-respon emosional inilah yang kemudian menjadi tolok ukur orang lain melihat seberapa dewasa kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun