Kritik boleh, tapi kalau memang bagus, kenapa tidak apresiasi sih?
Seorang teman mengeluh, jengkel, melihat informasi tentang MotoGP yang baru saja diselenggarakan.Â
Menurutnya, banyak dari masyarakat Indonesia yang justru tidak mengapresiasi kerja nyata dari panitia, dan tentunya pemerintah.Â
Setelah lebih dari 20 tahun, dengan segala kekurangannya, nyatanya Indonesia mampu menyelenggarakan event Internasional dengan baik.Â
"Kritik boleh, tapi kalau memang bagus, kenapa tidak apresiasi sih?" Ketusnya kesal.
Sebelum teknologi informasi berkembang pesat, seseorang membutuhkan upaya dan investasi (bayar) untuk mendapatkan informasi.Â
Koran hanya bisa dibeli orang tertentu, televisi tidak banyak memberikan informasi dan tidak semua orang mampu memilikinya. Teknologi informasi mengubah segalanya.
Dalam hal ini, media sosial menjungkirbalikkan hal tersebut. Berkat media sosial, bahkan jika kita tidak terbiasa menonton berita siaran lokal atau membaca koran, kemungkinan besar kita akan menemukan sesuatu yang berhubungan dengan berita. Ini hampir tidak bisa dihindari. Informasi sekarang berbalik mengejar kita. Berita bahkan akan menemukan kita, bahkan saat kita tidak membutuhkannya.
Sayangnya kita seperti tidak pernah kapok untuk mengonsumsi segala informasi dari media sosial. Meskipun sebagian dari informasi tersebut berdampak buruk. Ini seperti kita kecanduan mengunyah sampah.