Karakteristik lain yang sering muncul pada anak berbakat adalah rasa keingintahuan yang tinggi, sangat jeli dan mandiri. Selain itu, anak cenderung mampu memecahkan masalah secara alami, mereka melihat hubungan antara ide, objek, atau fakta, serta memiliki pemikiran yang lancar dan fleksibel.
Mereka juga menunjukkan minat yang alamiah pada bidang-bidang tertentu (biasanya bakatnya) dengan rentang perhatian yang panjang. Cirinya mereka akan lama tertahan (untuk fokus) pada hal-hal tersebut, menanyakannya sepanjang waktu. Pemikirannya yang orisinil terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang spontan keluar saat mereka fokus pada minat mereka. Saat mendapatkan penjelasan, anak-anak berbakat akan dengan cepat memahami tanpa pengulangan dan bahkan mengembangkan ide lebih lanjut. Kemampuan imajinasi yang kuat juga menambah orisinalitas ide mereka. Tak jarang mereka melakukan eksperimen secara mandiri yang sepertinya tidak mungkin dilakukan oleh anak seusianya.
Penting untuk diingat, bahwa tidak setiap anak berbakat akan menunjukkan ciri-ciri kognitif seperti yang saya jelaskan. Terkadang, banyak anak berbakat juga memiliki ketidakmampuan belajar atau kurang berprestasi. Lagi-lagi hal tersebut kemungkinan besar mereka mendapatkan sajian (pelajaran) yang tidak menarik fokus perhatian mereka. Sejauh ini, sepertinya tes IQ terstandar dengan interpretasi penguji yang berpengalaman adalah salah satu jalan terbaik mengetahui keberbakatan anak.
Karakteristik Sosioemosional Anak Berbakat
Sejauh ini masih banyak stereotip yang melekat tentang anak berbakat, terutama tentang bagaimana perkembangan sosioemosional mereka. Sebuah penelitian di Jerman yang melibatkan 1029 orang menyebut bahwa anak-anak berbakat adalah anak-anak yang mengalami masalah dalam perkembangan emosinya. Anak berbakat dianggap cenderung lebih menyendiri, tidak terlalu ramah, introvert dan juga neurotisisme. Tanja G. Boudson pada akhirnya menyebut stereotip seperti itu membentuk kenyataan dalam pikiran orang dan membentuk bagaimana mereka memandang dan berperilaku terhadap individu yang berbakat. Artinya, anak berbakat rentan akan persepsi yang nantinya menghambat perkembangan bakatnya.
Secara umum, anak berbakat terlihat menonjol dalam mengembangkan minat dalam masalah filosofis dan sosial. Mungkin mereka juga menunjukkan perhatian yang mendalam tentang keadilan dan ketidakadilan. Mereka juga bisa perfeksionis, memiliki ekspektasi tinggi terhadap diri sendiri dan orang lain, dan memiliki selera humor yang berkembang dengan baik, bahkan unik.
Aktivitas keseharian mereka kebanyakan muncul dari motivasi interinsik. Mereka sekolah, bermain atau apapun bukan demi prestasi atau pujian apalagi absen tapi setiap aktivitas dilakukan untuk dirinya sendiri dan untuk menantang dirinya sendiri. Mereka sering mempertanyakan otoritas yang dimiliki orang dewasa seperti orangtua atau guru, meskipun mungkin mereka tetap berhubungan baik dengannya.
Selain itu, anak berbakat juga cenderung terlihat sangat sensitif, baik secara fisik maupun secara emosional. Mereka bisa menangis sejadi-jadinya pada hal-hal yang menurut anak lainnya remeh, dan mengeluh tentang hal-hal remeh seperti motif tas, baju, celana, warna kaos kaki, makanan, dan lainnya.
Karakteristik emosional yang saya jabarkan tentu bukan sebuah kepastian yang harus terjadi, karena bisa jadi banyak karakteristik emosional yang muncul di luar apa yang sedikit sudah saya bahas. Intinya, kita wajib menghormati keunikan dan temperamen (cara anak bereaksi) terhadap apapun. Bisa jadi mereka tengah menunjukkan keberbakatannya.
Selain itu...
Kebanyakan anak berbakat senang mempelajari hal-hal baru. Mereka tidak hanya menikmati aktivitas intelektual tetapi mereka juga dapat menampilkan permainan intelektual. Mereka cenderung lebih menyukai buku dan majalah atau bacaan yang ditujukan untuk anak-anak yang lebih besar dan mengadopsi sikap skeptis, kritis, dan evaluatif.