Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Membaca Lebih Awal, Apakah Menandakan Anak Berbakat?

8 Februari 2022   12:51 Diperbarui: 9 Februari 2022   02:37 2295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat sesi pendampingan pengasuhan, beberapa orangtua mulai mengeluh kesulitan mereka mendampingi anak-anaknya untuk dapat membaca sebelum memasuki usia sekolah dasar (SD). Mereka mulai cemas bahwa anak-anak mereka sulit mendapatkan sekolah 'favorit' sesuai harapan mereka. Sementara sebagian orangtua lainnya mulai takjub sekaligus menduga anak-anak mereka adalah anak-anak berbakat, karena mampu membaca di usia muda.

Meskipun Kementerian terkait terus menganjurkan bahwa kompetensi membaca, menulis dan berhitung (calistung) tidak boleh digunakan sebagai standar seleksi masuk SD, namun kenyataan menunjukkan sebaliknya. 

Dampaknya, orangtua dan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terus berusaha membawa anak-anak mereka untuk dapat menguasai kompetensi tersebut sebelum anak-anak mereka masuk SD. 

Tidak jarang ditemukan orangtua tertekan karena anak mereka belum mampu membaca, atau malah sebaliknya, mereka merasa sangat bangga dan menganggap anak mereka berbakat karena mampu membaca di usia yang masih sangat muda.

Mendefinisikan Bakat

Istilah bakat dalam bahasa Indonesia bisa jadi membingungkan. KBBI mengartikan bakat sebagai (kepandaian, sifat, dan pembawaan) yang dibawa sejak lahir. Istilah ini seringkali digunakan tumping tindih dengan istilah lain seperti, talenta, jenius, pandai, pintar, cerdas, cerdik dan bahkan kreatif. Dalam bahasa inggris, bakat memiliki padanan kata gifted, talent, aptitude, genius, intelligent. 

Mendefinisikan istilah berbakat (gifted) bukanlah tugas yang mudah. Banyak definisi telah disarankan dan bervariasi, namun tidak ada definisi yang diterima secara universal tentang bakat. Karena begitu banyak definisi dan interpretasi yang ada, orang sering bingung tentang apa arti sebenarnya berbakat. 

Tidak hanya itu, orang tua dan guru mungkin kesulitan untuk berkomunikasi satu sama lain karena apa yang mereka katakan seringkali didasarkan pada definisi yang berbeda.

Untuk membantu mengurangi beberapa kebingungan, akan sangat membantu untuk memahami dari mana istilah berbakat pertama kali berasal dan perspektif berbeda yang mengarah pada berbagai definisi yang kita miliki saat ini.

Ungkapan "gifted" pertama kali digunakan pada tahun 1869 oleh Francis Galton, yang menentukan bahwa bakat adalah sifat bawaan yang ditunjukkan oleh pencapaian orang dewasa. 

Psikolog Lewis Terman, yang terkenal dengan studinya tentang pendidikan berbakat, memperluas pandangan Galton tentang anak-anak berbakat untuk memasukkan IQ tinggi. 

Pada awal 1900-an, Terman dan seorang guru, Lulu Stedman menetapkan bahwa anak-anak berbakat didefinisikan sebagai anak-anak dengan IQ 140 atau lebih. 

Namun, pada tahun 1920-an, psikolog Leta Hollingworth menyarankan ada batasan untuk menggunakan IQ sebagai satu-satunya prediktor untuk bakat. Hollingworth mengamati bahwa anak-anak berbakat mungkin menunjukkan tanda-tanda bakat di beberapa area, tetapi tidak di area lain.

Hollingworth mengusulkan bahwa pengasuhan rumah dan lingkungan sekolah merupakan faktor penting untuk mengembangkan potensi anak berbakat. 

Pada tahun 1926, melalui buku yang berjudul Gifted Children: They Nature and Nurture memunculkan istilah berbakat digunakan untuk mengacu pada anak-anak yang berpotensi tinggi.

Ilustrasi dari understood.org
Ilustrasi dari understood.org

Cara kita mendefinisikan istilah bakat sangat bergantung bagaimana kita mengadopsi konsep berbakat itu sendiri. 

Jika kita menggunakan gaya Galton, maka kita akan percaya bahwa bakat akan terlihat pada usia dewasa dan itu sifatnya turun temurun. Sedangkan konsep Terman membawa kita pada skor IQ di atas 140 dianggap sebagai prediktor utama bakat. 

Sedangkan pandangan Hollingworth, bagaimanapun, menyebabkan definisi yang lebih luas lagi, termasuk potensi masa kanak-kanak yang harus dipelihara agar dapat dikembangkan di masa dewasa.

Saat ini, istilah berbakat lebih umum digunakan untuk menggambarkan seorang anak yang menunjukkan bakat luar biasa dalam satu atau lebih bidang tertentu.

Bagaimana Proses Membaca?

Kenapa anak saya cepat berbicara dan mahir, namun terkesan lambat dalam membaca?

Membaca, dalam banyak hal sangat berbeda keterampilan anak berbicara. Berbicara adalah keterampilan alamiah, sedangkan membaca adalah keterampilan yang harus diajarkan. 

Membaca bahkan bukan hanya keterampilan yang harus diajarkan, namun juga keterampilan yang harus menunggu kesiapan dan perkembangan otak. Sama seperti berjalan, anak tidak dapat belajar berjalan sampai otot-ototnya cukup berkembang. 

Saat otot yang dibutuhkan untuk berjalan sudah siap, kita dapat mendukung seorang anak dan membantunya belajar berjalan. Anak tidak akan dapat berjalan jika tidak dilatih, hal yang sama berlaku untuk membaca. Kita dapat membantu seorang anak menghafal kata-kata, tetapi sampai otaknya cukup berkembang, dia tidak akan dapat membaca.

Membaca dan Memori

Memori kita sangat berperan dalam membaca. Untuk dapat membaca, anak harus hafal huruf dan dan rangkaian kata-kata. Itu bukanlah tugas yang mudah, butuh kapasitas memori untuk menghafal huruf, suaranya, gabungan huruf dan menjadi kata. Sayangnya itu hanya awal dari apa yang harus dilakukan anak-anak untuk belajar membaca.

Seorang pembaca harus dapat mengingat apa yang dia baca di awal kalimat sebelum mencapai akhir kalimat, apa yang dia baca di awal paragraf sebelum mencapai akhir dan seterusnya. Dibutuhkan kemampuan untuk memahami makna kata, kalimat, paragraf, dan keseluruhan cerita. Itu membutuhkan pengembangan memori jangka pendek dan memori kerja yang memadai.

Membaca Awal Sebagai Prediktor Berbakat

Sudah cukup jelas, bahwa membaca adalah keterampilan yang sulit untuk dikuasai ketika diajarkan secara formal, dan banyak anak mengalami kesulitan mencapai kefasihan pada tahap selanjutnya. 

Usia lima tahun dianggap sebagai tingkatan perkembangan otak anak yang dianggap telah matang dan siap untuk kompetensi membaca. 

Jika sebelum lima tahun anak-anak mampu membaca dengan diajari secara formal, itu berarti kemampuan membaca anak adalah kolaborasi yang pas antara tahapan perkembangan dengan dukungan yang intens yang diberikan oleh orangtua dan lingkungannya (biasanya sekolah). 

Bisa jadi, anak yang membaca di usia yang sangat muda (kurang dari 5 tahun) dengan fasilitas dan dukungan yang baik adalah anak-anak dengan tingkat kecerdasan yang tinggi. Namun itu tidak berarti anak tersebut berbakat.

Bisa jadi, anak yang membaca di usia sangat dini adalah anak dengan tingkat kecerdasan tinggi, namun, itu tidak berarti berarti anak tersebut berbakat.

Dalam membaca, anak berbakat biasanya adalah anak yang telah menemukan cara membaca tanpa instruksi membaca formal, mereka belajar membaca secara otodidak. Seorang anak pertama kali menyadari bahwa huruf mewakili suara dan bahwa huruf bersama-sama mewakili kata-kata tanpa diajari secara formal. 

Pembaca otodidak mengetahui sistem simbol ini sendiri, kadang-kadang dengan sedikit stimulasi. Namun, sayangnya tidak semua pembaca otodidak di usia yang sangat muda adalah ciri utama berbakat. Jika mereka hanya mampu membaca lancar tanpa keterampilan pemahaman, ada kemungkinan mereka adalah anak hyperlexia.

Terlepas dari apakah anak kita adalah anak berbakat atau tidak, memaparkan anak dengan literasi sedini mungkin bisa jadi adalah hal yang baik untuk masa depan mereka. Membaca sebagai kompetensi mengenal dunia, bukan membaca sebagai persyaratan masuk SD.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun