Seperti banyak istilah bahasa Inggris lainnya yang terkait dengan pikiran, lethologica adalah kata modern yang berasal dari bahasa Yunani klasik. Dalam hal ini merupakan gabungan dari kata lethe (kelupaan) dan logos (kata).Â
Dalam mitologi Yunani, Lethe juga merupakan salah satu dari lima sungai dunia bawah tempat jiwa orang mati minum untuk melupakan semua kenangan duniawi.Â
Tokoh psikologi paling awal yang dikaitkan dengan lethologica adalah Carl G. Jung, tetapi istilah ini telah tercatat dalam American Illustrated Medical Dictionary tahun 1915, yang diartikan sebagai ketidakmampuan untuk mengingat kata yang tepat.
Penelitian terkait lethologica
Penelitian telah mengungkap berbagai fenomena menarik terkait lethologica, di antaranya:
- Hampir semua orang di dunia mengenal lethologica, artinya fenomena ini tidak mengenal budaya dan ras manapun. Survei menunjukkan bahwa sekitar 90% penutur bahasa yang berbeda dari seluruh dunia melaporkan mengalami momen dimana informasi tampak tidak dapat diakses untuk sementara.
- Saat-saat ini terjadi cukup sering dan frekuensi ini meningkat seiring bertambahnya usia. Orang muda biasanya mengalami momen tip-of-the-tongue sekitar sekali setiap minggu, sementara orang dewasa yang lebih tua menemukan bahwa itu dapat terjadi sesering sekali setiap hari.
- Orang sering mengingat sebagian kecil informasi. Misalnya, mereka mungkin ingat huruf yang diawali dengan kata yang dicari atau jumlah suku kata yang dikandung kata tersebut.
- Kata-kata yang jarang kita gunakan, termasuk nama diri, adalah kata-kata yang sering kita lupakan. Karena pikiran kita asosiatif dan dibangun dari pola-pola informasi yang saling berhubungan, seberapa baik kita dapat mengingat sebuah kata mungkin bergantung pada pola-pola ini atau tautan ke potongan informasi penting lainnya.
Mengapa seperti berhenti di ujung lidah?
Lethologica adalah melupakan sebuah kata dan jejak kata yang kita tahu ada di suatu tempat dalam ingatan kita. Ini adalah masalah bahasa, sangat kompleks.Â
Dalam sebagian besar waktu kita, proses berbahasa berlangsung begitu mudah sehingga kita hampir tidak berpikir dua kali. Kami memikirkan sesuatu, otak menetapkan kata-kata untuk mewakili ide-ide abstrak ini, dan kami mengucapkan apa yang ada di pikiran kami. Tetapi karena proses ini begitu rumit, segala macam hal bisa salah, termasuk momen saat kita kehilangan kata di ujung lidah kita.
Dan kita memang meyakini hanya sementara. Ketika sesuatu akhirnya benar-benar memicu pengambilan ingatan kembali atau ketika orang lain memberikan kode informasi yang hilang, kelegaan dari perasaan frustrasi itu dapat diraba.
Tapi kenapa itu bisa terjadi? Para peneliti percaya bahwa sejumlah faktor mungkin berperan, meskipun proses pastinya tidak sepenuhnya jelas. Beberapa peneliti meyakini beberapa faktor memengaruhi fenomena ujung lidah, diantaranya adalah kelelahan (baik fisik maupun psikologis), fitur pengkodean memori yang tidak baik, serta adanya memori lain yang mengganggu (interference).