Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Label Emosi dan Cara Lain Meningkatkan Kecakapan Emosi Anak

20 Februari 2019   09:36 Diperbarui: 24 Februari 2019   21:35 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat menunggu anak pulang sekolah di gerbang sekolah, saya mendengar sekelompok ibu-ibu tengah asyik membicarakan perilaku anak yang disebut mereka sebagai anak yang ngelamak. "Kemarin pas marah itu mamanya dipukul pakai sendal di depan kita-kita loh bu", begitu kata salah satu ibu-ibu menguatkan argumen bahwa anak tersebut susah diatur.

Sebagai anugerah, semua anak harus kita yakini sebagai sesuatu yang terbaik untuk setiap keluarga. Nyatanya, banyak sekali orangtua yang mengeluhkan perilaku anak-anak mereka, mulai dari susah diatur, sampai melawan orangtua. 

Bahkan banyak di antara mereka yang terjebak pada kondisi frustasi dan pasrah bongkokan (menyerahkan begitu saja anak-anak mereka) pada pihak sekolah. 

Ketika kondisi tersebut terjadi, tidak jarang pihak sekolah juga kelabakan mencari solusi. Jika dibiarkan, mereka takut perilaku tersebut mempengaruhi siswa yang lain, tapi jika diberi tindakan, orangtua tidak bisa lagi dijadikan mitra.

Tentang kesehatan dan kecakapan emosional

Sama seperti manusia lainnya, saya rasa setiap anak ingin merasa baik. Persis seperti kita (manusia dewasa) anak-anak juga merasakan bahwa mengontrol diri sendiri bukanlah urusan yang mudah.

Jika kita yang dewasa saja masih sering mendapatkan diri kita dalam kesalahan ketika mengekspresikan emosi, apalagi para manusia kecil yang ada di rumah kita.

Orangtua bisa saja memilihkan sekolah terbaik buat anak-anak mereka, namun apakah itu merupakan jaminan jika mereka tidak diperlakukan sebagai "manusia" saat di rumah? 

Berhentilah menempatkan sekolah (pastinya guru-guru di sana) sebagai dewa penyelamat anak-anak kita. Mereka tidak akan mampu mengembangkan potensi dan kepribadian anak-anak kita secara optimal tanpa ada kerja sama yang produktif dengan orangtua.

"It is our responsibility to learn to become emotionally intelligent. These are skills, they're not easy, nature didn't give them to us---we have to learn them" begitu ahli psikologi, Paul Ekman berkata tentang kecakapan dan kecerdasan emosi. 

Selain sebagai tugas setiap manusia, kecerdasan emosional disebut Ekman sebagai kecakapan/keterampilan. Tidak ada satupun keterampilan yang tidak bisa dipelajari. Itulah kata kuncinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun