Siapapun penggemar Manchester United pasti tahu bahwa ada beberapa hal yang tidak beres dalam tim di awal musim ini. Mulai pra-musim yang...kita semua tahu terlihat amburadul, sampai membuka musim di Premier League dengan banyak keberuntungan.Â
Tapi sayangnya keberuntungan tidak datang terus menerus. Sampai pada pertandingan resmi kesepuluh tadi malam di arena UEFA Champions League, tim ini terlihat benar-benar kacau. Statistik menunjukkan ini adalah start terburuk mereka dalam 29 tahun terakhir.
Tentang kedisiplinan, dukungan dan denial
 Selasa malam (2/10/2018) atau rabu dini hari (3/10/2018) WIB terjadi beberapa pemandangan yang tidak biasa. Sam Wallace melaporkan lewat The Telegraph bahwa bus yang ditumpangi pemain dan offisial MU datang terlambat, sekitar setengah jam sebelum pertandingan. Akibatnya, MU mungkin klub pertama yang mampu merubah jadwal tanding dari yang ditetapkan UEFA.Â
Tercatat kick-off MU Vs. Valencia terlambat 5 menit, ini adalah pemandangan yang tidak biasa. Sir Alex Ferguson pernah mengistilahkan MU sebagai bus yang tidak menunggu siapapun, itu adalah cerminan kedisiplinan MU saat itu.Â
Mourinho --kita tahu semua--merupakan manusia super detil dan perfeksionis. Tidak mungkin hal-hal kedisiplinan seperti ini luput dari pantauannya, kecuali memang dia telah kehilangan banyak kepercayaan dari timnya.
Pemandangan kedua yang saya rasa cukup aneh semalam adalah hadirnya beberapa alumni Class of '92. Untuk pertandingan yang tidak seberapa penting, hadirnya Giggs, Gary Neuville, dan Beckham secara bersamaan jelas bukan hal biasa.Â
Ditambah serangan-serangan pedas Paul Scholes sebagai pundit dari studio BT Sport di London, malam tadi adalah pertunjukan dari kekuatan lain dari MU. Seolah para legenda telah mencium bau busuk dari kejauhan dan ingin melihatnya secara langsung.Â
Ini bisa saja diartikan dukungan, namun saya mencurigai mereka bukan mendukung Mourinho, melainkan mendukung semua pihak yang berseberangan dengannya.
Hal terakhir adalah perilaku sumpek Mourinho yang memperlihatkan dia bukanlah sosoknya yang dikenal dulu. Konferensi pers sebelum pertandingan memperlihatkan itu. Saat ditanya tentang serangan bertubi-tubi yang dilancarkan Scholes kepadanya, Mourinho memilih untuk memberikan jawaban.Â
"I'm not interested," katanya menghindar dari pertanyaan media. "Freedom of speech. Free country. You can say what you want". Sepertinya kita baru saja membaca dan mendengar jawaban seorang politikus, bukan Mourinho yang dikenal cerdik nan culas bukan?
Keputusan-keputusan yang membingungkan, bahkan untuk dirinya sendiri
Memang pada akhir pertandingan melawan Valencia, mungkin Mourinho akan mengelak bahwa timnya tidak kalah. Namun, mari kita cermati keputusan-keputusan anehnya akhir-akhir ini.
- Mulai perselisihan dengan Paul Pogba, yang (terlihat) selesai saat pencopotan ban kapten (kedua) bagi sang pemain. Anehnya, Pogba tetap masuk sebagai starting.
- Kita tentu ingat bagaimana Mourinho secara ekstrim 'membuang' bek andalannya musim lalu Eric Baily. Dia bukan saja menyerangnya, namun juga menyerang seluruh pemain belakangnya dengan menyebut mereka tidak mampu mencapai kualitas yang diharapkannya. Anehnya, semalam Baily bermain mulai menit awal. Coba apa yang akan kamu harapkan sebagai pelatih dengan memainkan pemain yang jelas telah kamu campakkan tanpa alasan yang jelas. Apakah dia akan sepenuhnya memberikan kontribusi?
- Jangan lupakan apa yang dilakukan Mourinho pada Valencia dan Diogo Dalot. Keduanya adalah stok bek kanan yang dimiliki MU saat ini. Keduanya bernasib berbeda namun serupa. Saat kekalahan memalukan melawan Derby Country di Piala Liga, Mourinho secara terbuka menyerang Valencia, kemudian tidak memainkannya pada laga melawan West Ham minggu lalu. Tapi semalam, tiba-tiba sang kapten kembali bermain. Salahkah jika dia bermain setengah hati? Berbeda dengan apa yang diterima Dalot, menjalani debut menyakinkan melawan Young Boys, namun setelah itu kembali diparkir, bahkan saat Valencia juga tidak dimainkan.
- Mari kita lihat juga pemain mahal yang sama sekali belum menunjukkan apapun sampai saat ini, Alexis Sanchez. Berkali-kali Mourinho membelanya saat diserang media dan terus memainkannya. Sampai akhirnya keputusan itu dia ralat secara tiba-tiba pada laga melawan Wesh Ham sabtu kemarin. Sanchez kemudian sangat kecewa sampai berstatemen bahwa pindah ke MU adalah kesalahan besar dalam karirnya. Namun lagi-lagi semalam, Sanchez tiba-tiba hadir kembali di lapangan, dan sama seperti sebelumnya, tidak mampu berbuat apa-apa.
Keempat keputusan tersebut saya rasa hanya dibuat oleh orang yang tidak lagi memahami apa keinginan dan harapannya. Istilahnya begini, mana mungkin seorang anak akan dengan senang hati menjalankan perintah jika sebelumnya kita menumpahkan kemarahan kepadanya. Apalagi perintah itu datang tiba-tiba tanpa permintaan maaf dari kita.
Menunggu hari kembali dari cuti
Dalam CV-nya, Mourinho memang belum pernah hatam sampai tahun ketiga melatih sebuah klub profesional. Dari CV-nya juga, statistik kemenangannya menurun drastis pada musim ini, bahkan yang terburuk dalam karirnya.Â
Apakah sekian tanda tersebut menjustifikasi bahwa dia memang spesialis pelatih 'dua tahun'? Saya sih sudah tidak sabar untuk kembali dari cuti mendukung klub ini sejak 27 Mei 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H