Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Lincahnya Jempol dan Menipisnya Empati Kita

11 Agustus 2018   08:28 Diperbarui: 11 Agustus 2018   13:09 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita tidak diberikan waktu dan ruang untuk melihat dari kacamata ruang lain, melihat dengan perasaan orang lain (in feeling). Saat itulah kita terjebak dalam egosentrisme, alih-alih menilai pemikiran dan perasaan orang lain, kita "hanya" memahami dan melakukan berdasarkan sudut pandang diri sendiri.

Tidak usah berharap empati

Pengambilan perspektif disebut merupakan salah satu dari dua atribut kognitif (pikiran) empati, selain fantasi. Selain atribut kognitif empati memiliki dua atribut lain dari aspek emosi, yaitu emphatic concern dan personal disress. Namun saya tidak hendak membahasnya dalam tulisan ini, bukan kuliah kok haha. Sederhananya begini, bagaimana bisa kita merasakan apa yang dirasakan korban gempa NTB, jika memikirkan rasanya saja tidak. 

Melihat guyonan tersebut menyebar, saya mencoba mengingatkan dalam beberapa grup. Anehnya beberapa diantaranya dengan enteng menjawab "kenapa mas? Serius amat jadi orang?" Coba, betapa tipisnya empati kita pada saudara sebangsa ini. Sayapun menimpalinya dengan jawaban "Coba cari teman atau siapa gitu yang orang NTB dan terlebih yang tinggal disana saat ini, dan kirim pesan tersebut :)"

Ruang internet, media sosial dan kecepatan jempol sepertinya adalah perpaduan sempurna penggerus empati kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun