Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Carlos Carvalhal dan "Back to Back Swansea City" dari Degradasi

30 Maret 2018   07:45 Diperbarui: 30 Maret 2018   18:57 4170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar diambil dari www.swanseacity.com

Durasi kontrak yang teramat pendek --sampai 30 Juni 2018, tidak membuat Carlos Carvalhal ciut dengan ancaman degradasi yang berarti ancaman pemecatan. Baginya hanya ada satu jalan pintas yang dengan melewatinya dia mendapatkan kesemuanya yang ada dalam keranjang targetnya, membangun kembali tim, mengeluarkan dari jurang degradasi dan juga mungkin memperpanjang karirnya di Premier League. Sepertinya dia memilih jalan bernama humor.

Pertama, melalui humor dia membutuhkan waktu yang singkat untuk masuk ke dalam alam keyakinan anak asuhnya untuk menanamkan optimisme. Hal tersebut diamini oleh salah satu anak emasnya Alfie Mawson seperti dikutip The Telegraph.

"Dia lucu, sering mengumbar tawa, tapi saat mulai berbicara tentang pekerjaan, dia seperti pebisnis. (Kelucuan) Dia sering membawa hawa segar dalam tim. Dia sangat berkarakter, dan sangat berenergi, kami telah merasakannya sejauh ini" begitu jawab Mawson saat ditanya sosok pelatih barunya tersebut.

Selera humor Carvalhal bukan hanya membawanya dekat dengan seluruh punggawa tim, namun dalam sisi lain hal tersebut membuat keuntungan tersendiri bagi tim dihadapan media. Lihat saja kelakarnya saat mampu mengalahkan Liverpool, dia mengibaratkan taktiknya dengan 'menghentikan mobil Formula 1 di jalanan ibukota London'. 

Humor berkelas tersebut bukan saja menghibur bagi media, namun juga meredakan tekanan pada anak asuhnya. Dengan mereduksi tekanan para pemain, dia tentu akan sangat dimudahkan dalam mengembangkan strategi selanjutnya. Nampaknya dia sangat sadar bahwa stress adalah hambatan terbesar sebuah tim untuk berkembang.

Independensi Taktik

Bagi seorang pelatih, keberhasilan pertama adalah berjalannya strategi yang diasah saat bermain dalam sebuah pertandingan. Oleh karena itu, seorang pelatih membutuhkan tim yang mampu fokus penuh selama 90 menit untuk menjalankan taktiknya. Apapun hasilnya, strategi harus dijalankan dengan sungguh-sungguh saat bertanding. Pelatih berkelas punya independensi (terkadang cenderung diktator) dalam taktiknya, sehingga tidak jarang kita melihat pemain bintang ditendang dari sebuah tim karena memberontak strategi pelatihnya.

Hal tersebut sepertinya juga telah dimiliki seorang Carlos Carvalhal. Lihat saja statistik pertandingan terakhir melawan Huddersfield 10 Maret 2018 kemarin. Saat timnya mendapatkan bencana kartu merah Jordan Ayew pada menit ke 11, Carvalhal menunjukkan independensi strategi bermainnya. Dengan hanya 19% penguasaan bola, tanpa tendangan ke arah gawang lawan sekalipun, bahkan tanpa sepak pojok sepanjang laga. Statistik tersebut sangat unik, karena merupakan yang terendah kedua sepanjang sejarah Liga Inggris sejak 2003.

Bagi penggemar dan penikmat sepakbola, hal tersebut sangatlah memalukan. Namun bagi Carvalhal yang logis, apapun harus dilakukan untuk mengamankan poin. Untuk menggenapinya dia menyatakan pertandingan tersebut layaknya seperti malam disebuah opera. Baginya (untuk mengamankan mental anak asuhnya) tekanan bertubi-tubi sepanjang pertandingan harus dinikmati selayaknya menikmati pertunjukan menegangkan dalam sebuah opera.

Sepertinya Swansea City kembali menunjukkan hiburan layaknya musim kemarin. Mereka kembali selamat dari jurang degradasi setelah paruh musim yang menyedihkan. Secara matematis Swansea hanya membutuhkan 9 poin lagi (menuju poin aman, 40) dari 8 laga sisa untuk lolos dari jurang degradasi. Jika Paul Clement menjadi cerita waktu itu, sekarang ada Carlos Carvalhal. Apakah roda nasib keduanya akan berakhir sama? Yang pasti bagi saya, Carlos Carvalhal telah mewujudkan sebuah kejutan pada musim ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun