Sebagian besar anak terkesan memilih makanan, bahkan tidak jarang orangtua frustrasi ketika berurusan dengan makanan si kecil. Saya sendiri menemukan perbedaan minat makan antara kedua anak saya. Perbedaan tersebut seringkali memantik emosi negatif kita untuk membandingkan keadaan anak-anak kita di depan mereka, padahal kita tahu hal tersebut tidak baik bagi perkembangan mereka. Beberapa penelitian mencoba mengurai fenomena anak dan mengapa mereka terkadang sulit untuk menerima makanan, terlebih menu makanan baru.
Sebuah penelitian yang baru saja diterbitkan bulan agustus 2017 yang dilakukan oleh Kameron J. Moding dan Cyinthia A. Stifter mencoba mengungkapkan misteri tersebut. Kedua peneliti tersebut menggunakan mainan sebagai sarana untuk menjelaskan misteri makan bayi pada saat mereka berusia 6, 12 dan 18 bulan.Â
Teori temperamen (temperament) digunakan peneliti sebagai pendekatan penelitiannya. Temperamen merupakan sebuah konsep terkait reaksi seseorang terhadap berbagai situasi, bagaimana seseorang berinteraksi dengan dunia. Konsep tersebut dapat membantu kita memahami mengapa beberapa anak tidak mengalami masalah makan, sementara anak yang lainnya sangat menghidarinya.
Pada teknisnya, peneliti melihat dengan detil respon bayi terhadap mainan dan makanan baru pada usia 6, 12 dan 18 bulan. Hasil penelitiannya sangat mengejutkan, yaitu anak yang memiliki reaksi positif terhadap mainan baru cenderung juga memiliki reaksi yang positif terhadap makanan baru. Jenis anak-anak tersebut memiliki temperamen yang aman (easy children), mereka mudah menerima dan memberikan reaksi yang positif terhadap objek baru.
Memahami istilah temperament
Kebanyakan kita menggunakan instilah temperamen untuk menggambarkan seseorang yang cepat naik pitam atau cepat marah. Pengertian tersebut tidak sepenuhnya salah, namun kurang tepat jika kita melihat dalam konteks psikologi. Kebanyakan teks psikologi menyebut temperamen sebagai karakteristik seseorang untuk mendekati dan bereaksi terhadap objek dan situasi. Kata kunci temperamen adalah bahwa ia mendefinisikan tengang bagaimanaseseorang berperilaku, bukan apayang seang dilakukannya. Jadi, temperamen menjelaskan mengapa manusia mendekati (approach) atau bahkan menjauhi (withdrawal) sesuatu di sekitar mereka.
Beberapa ahli psikologi menambahi pengertian-pengertian diatas dengan menyebut temperamen juga terkait bagaiamana seseorang mengatur fungsi mental, emosional dan perilaku mereka sendiri saat memutuskan untuk mendekati atau menjauhi objek dan situasi. Temperamen memiliki dimensi emosional yang sangat lekat, namun dia bukanlah emosi. Perbedaan utama temperamen dan emosi adalah terkait konsistensinya. Jika emosi dapat datang dan pergi dengan cepat, temperamen adalah sesuatu yang relatif konsisten dan menetap.
Secara general, temperamen dapat saja disebt sebagai dasar biologis dan emosional dari kepribadian. Sehingga sangat sulit untuk memisahkan temperamen dengan kepribadian, seringkali batasan antara keduanya sangat kabur.
Dalam buku yang berjudul Temperament and Development,melalui penelitian jangka panjang dua orang psikiater Stella Chess dan Alexander Thomas menggolongkan anak kedalam tiga pola temperamen yaitu pola anak dengan temperamen mudah, sulit dan lambat. Anak dengan temperamen mudah (easy children) merupakan kategori yang diperuntukkan kepada anak yang mudah menerima sesuatu yang baru. Menurut penelitian tersebut, anak jenis ini memiliki populasi 40%.Â
Kebalikannya adalah anak jenis sulit (difficult children), yaitu anak yang memiliki ritme biologis tidak teratur, sulit menerima hal yang baru dan respon emosionalnya kuat. Jenis anak ini hanya ditemukan sekitar 10% dari populasi. Berbeda dengan kedua jenis diatas, 15 % anak lainnya merupakan anak jenis ketiga yaitu anak lambat terpancing (slow to warm up) adalah anak-anak yang terlihat mudah menerima hal yang baru namun ragu-ragu dan lama dalam prosesnya. Penelitian tersebut sampai dipublikasikan belum mampu mendefinisikan 35% anak lainnya.
Memprediksi minat makan dan perlakuannya
Kembali pada penelitian di atas, ditemukan bahwa pada usia 12 bulan merupakan usia yang tepat untuk memprediksi jenis temperamen anak dan minat mereka terhadap makanan. Penelitian di atas sekaligus membuka cakrawala bagi banyak orangtua bahwa anak dengan jenis temperamen mudah terlihat secara alamiah memiliki minat baik terhadap makanan. Pertanyaannya adalah apa yang harus kita lakukan jika anak kita bukanlah easy children?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mari kita lihat masuk dalam kategori pola temperamen manakah anak kita. Amati anak kita masing-masing sekitar usia 6-18 bulan. Bagaimana mereka saat bertemu dengan suasana, orang atau barang yang baru. Sesekali ajak mereka keluar, stimulasi dengan barang-barang baru dan kenalkan dengan orang-orang baru.Â
Jika mereka gampang untuk mengenal dan diajak orang baru, kemungkinan besar pola temperamennya adalah easy children.Jika sebaliknya, mereka tidak mudah menerima (orang, barang atau suasana baru) dan bahkan menghindari dan menangis, kemungkinan besar anak tersebut memiliki pola sulit (difficult children).Â
Beberapa anak yang lain kemungkinan terlihat diam saja ketika bertemu dengan orang baru, tapi ketika didekati dan diajak mereka menolak adalah anak-anak yang kemungkinan memiliki pola temperamen lambat (slow to warm up). Berikut adalah tabel singkat yang menjelaskan ketiga pola tersebut:
Mempersiapkan lingkungan adaptif
Sampai saat ini belum ada kesepakataan terkait kapan manusia menggunakan jenis temperamen tertentu. Sebagian besar ahli psikologi menyebut bahwa temperamen merupakan reaksi alamiah manusia terhadap lingkungannya. Namun dengan begitu bukan berarti perilaku manusia akan menetap dan tidak dapat dirubah. Seperti halnya seorang yang pemalu dapat berubah untuk lebih membuka dirinya.
Goodness of Fit(GoF) adalah jawaban untuk kita (orangtua) yang menemukan kenyataan bahwa anak kita bukanlah easy children. GoF adalah penyiapan lingkungan yang tepat bagi masing-masing jenis temperamen bayi. Konsep GoF menganggap bayi membutuhkan stimulasi yang berbeda sesuai dengan jenis temperamen mereka. Dengan kata lain, konsep ini dengan jelas menganggap bahwa temperamen layaknya tubuh biologis manusia, diperoleh secara alamiah tanpa proses belajar.
Dari sini (sebagai orangtua) kita mendapatkan tantangan tersendiri untuk menyesuaikan jenis temperamen anak kita dengan lingkungannya, terutama menyelaraskan tuntutan lingkungan dengan hambatan temperamen anak. Anak-anak dengan tempramen sulit dan lamban membutuhkan dukungan emosional dan perlindungan otonomi mereka.
Mari kita beralih pada pertanyaan apa dan bagaimana dukungan emosional itu? Bagaimana pula pemberian otonomi untuk bayi? Siapa yang harus melakukannya? Dan bagaimana caranya? Saya rasa tulisan saya kok sudah panjang ya, jadi doain saja lain waktu saya akan lanjutkan, hehe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H