Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cara Menolong Anak saat Mereka Marah

9 Agustus 2017   11:18 Diperbarui: 10 Agustus 2017   08:17 2497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana mengajarkan marah adaptif kepada anak?

Saat anak kita mampu memberikan pesan secara langsung, jujur, jelas tentang apapun yang menjadi sumber masalah dan meminta kita untuk menyelesaikannya, saat itulah kita harus segera meresponnya dengan tepat. Membantu mereka mengurai dan menyelesaikan masalahnya. Jika anak-anak kita belum terbiasa dengan model komunikasi asertif, biasakanlah. Tanyakan langsung saat dia marah atau tunggu saat kemarahannya mereda. Latihkan berulang-ulang dalaam situasi kemarahan.

Salah satu masalah besar bagi kebanyakan kita adalah konsistensi. Seringkali kita memberikan respon yang sulit dipahami anak-anak kita. Terkadang kita langsung membentak mereka, terkadang juga kita mendekat dan memberikan pemahaman, tidak jarang kita membiarkannya, lain waktu kita kembali meledak.

Setiap manusia di usia berapapun dapat mengetahui bahwa mereka memiliki pilihan untuk mengekspresikan kemarahannya. Kabar baiknya adalah bahwa sama seperti agresi, ketegasan (tindakan asertif) juga merupakan pilihan perilaku untuk mengekspresikan kemarahan. Pemahamaan ini harus dijadikan cara berpikir tentang ekspresi marah. 

Pendampingan kita dan lingkungan akan mempermudah anak-anak untuk memilih dengan tegas. Ketika anak-anak menyadari bahwa pilihan mereka membawa hasil yang baik mereka akan terus mengembangkan sikap asrtif, namun jika tidak mereka akan memilih strategi yang lain.

Para ahli juga menyarankan kita untuk memperkaya strategi melalui berbagai metode, seperti seperti bermain, berolahraga, perhatian penuh, dan yoga terbukti efektif dalam membantu anak-anak belajar menenangkan otak mereka dan mendapatkan kontrol lebih besar atas pilihan mereka dalam perilaku sehat. Saya juga pernah menulis cara berkomunikasi yang lain.

Terkait tulisan kemarin, saya berharap bahwa sistem pendidikan kita memasukkan keterampilan manajemen emosi sebagai bagian dari kurikulum reguler. Jika berkaitan dengan sosial emotional learning(SEL), manajemen emosi merupakan salah satu indikator dari aspek kesadaran diri (self awareness).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun