Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menyoal Kecemasan Orang Tua: Akademik atau Sosial Emosional?

7 Agustus 2017   14:35 Diperbarui: 8 Agustus 2017   22:59 1596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari https://media.licdn.com

Berbagai penelitian tentang bagaimana kita memperoleh pengetahuan, terdapat satu jawaban tegas: anak-anak (seseorang) belajar untuk terlibat dalam kehidupan melalui kemampuan alami mereka untuk berinteraksi dengan orang lain. Penelitian-penelitian tersebut sekali lagi menegaskan pada kita bahwa manusia adalah makhluk sosial, sehingga letak kesejahteraannya ada pada ranah sosial (orang lain). Artinya, kemampuan berinteraksi dengan orang lain jauh lebih penting daripada kemampuan untuk menguasai materi pelajaran semata.

Berbagai penelitian lain menjawab lebih tegas bahwa pembelajaran SE (social and emotional learning/SEL) memberikan dampak positif terhadap pencapaian prestasi akademik. Tujuan pembelajaran SE diarahkan bukan hanya pada capaian hasil akademik semata, tetapi pada hal-hal yang orientasinya jauh ke depan, seperti kesejahteraan psikologis semasa muda dan dewasa. Sebelum kita berbicara lebih jauh tentang hal itu, mari kita lihat dulu apa saja yang harus kita persiapkan untuk SEL.

Mengenal Social and Emotional Learning (SEL)

Coba cermati istilah-istilah yang sudah kita pakai diatas, kita akan menemukan satu kesepakatan yang dilakukan oleh semua ahli. Kesepaakatan tersebut adalah menempatkan istilah sosial lebih dahulu dari istilah emosi(onal). Sosial dan emosional, sosial-emosional dan sosioemosional. Pertanyaannya mengapa istilah sosial selalu mendahului istilah emosi(onal)? 

Untuk memahaminya sangat sederhana, kuncinya adalah bahwa semua jenis emosi kita lahir dari peristiwa (interaksi) sosial. Kita dapat tersenyum, tertawa, sedih, terkejut, marah dan merasakan emosi lainnya karena kita berinteraksi dengan orang lain. Itulah mengapa istilah sosial selalu mendahului istilah emosi dalam kesatuan konsepnya.

Karena emosi adalah hasil dari interaksi sosial kita, itu artinya kita mengenalnya dari proses belajar. Inilah intinya, para ahli terus menerus mencari konsep proses belajar yang sesuai dengan tahapaan perkembangan manusia. Kita kemudian mengenal istilah sosial emostional learning (SEL). 

Elias dan enam temannya dalam buku Promoting social and emotional learning: Guidelines for educators pada tahun 1997 mendefinisikan SEL sebagai proses untuk memperoleh kompetensi inti untuk mengenali dan mengelola emosi, menetapkan dan mencapai tujuan positif, menghargai perspektif orang lain, membangun dan memelihara hubungan positif, membuat keputusan yang bertanggung jawab, dan menangani situasi interpersonal secara konstruktif. 

Mereka kemudian merangkai lima aspek penting (dalam rangkaian kompetensi kognitif, afektif dan perilaku) penerapan SEL, yaitu: kesadaran diri (self-awareness),manajemen diri (self-management),kesadaran sosial (social awareness), keterampilan hubungan (relationship skills),dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab (responsible decision making).

Intinya, kompetensi-kompetensi SE akan menciptakan suasana pembelajaaran menjadi lebh hidup. Bayangkan anak kita sekolah dengan perasaan ceria karena merindukan suasana kelas, guru dan teman-teman mereka yang saling mendukung satu sama lain. Mereka terlibat penuh dalam situasi pembelajaran karena mereka memang menyukainya, karena emosi mereka terkoneksi dengan emosi lingkungan (guru dan teman) mereka. Selain itu saya sadar, bahasa-bahasa istilah tersebut bukan bahasa yang jamak kita gunakan dalam sehari-hari. Lain kesempatan insyaallah saya akan menguraikannya dalam bahasa yang lebih mudah dicerna.

Untuk apa SEL?

Gambar dari https://media.licdn.com
Gambar dari https://media.licdn.com
Pernah mendengar cerita atau keluhan tentang tidak sinkronnya nilai dalam ijazah dengan kemampuan seseorang? Kalau saya sering, kerapkali beberapa teman yang bekerja pada area human resource,personalia atau manajemen sumber daya manusia mengeluh terkait kemampuan beberapa pelamar pekerjaan atau mereka yang sudah mulai bekerja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun