Mohon tunggu...
Akhmad Maulana
Akhmad Maulana Mohon Tunggu... Guru - Freelancer

Pembelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Diambang Kepunahan Pesut Mahakam

10 Juli 2016   19:57 Diperbarui: 22 Juli 2020   11:35 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesut mahakam merupakan sejenis hewan mamalia yang sering disebut dengan lumba-lumba air tawar. 

Namun berbeda halnya dengan mamalia sejenis ikan paus yang hidup hanya di laut melainkan pesut mahakam hidup di daerah tropis yang memiliki sungai dan uniknya pesut ini hanya bisa ditemukan di tiga  sungai yang ada di dunia yaitu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, Indonesia. Lalu Sungai Mekong dan Sungai Irawady.

Pesut banyak ditemukan di daerah pedalaman sungai mahakam seperti Muara Kaman, Kota Bangun dan beberapa desa-desa kecil dipinggir sungai mahakam seringkali melihat pesut.

Populasi pesut mahakam kini semakin hari seakan menurun. Padahal satwa langka ini dilindungi oleh Undang-Undang No.5 Tahun 1990 dan sudah menjadi lambang Propinsi Kalimantan Timur.

Banyak faktor-faktor yang menyebabkan berkurangnya populasi pesut mahakam. Sebab ditinjau dari berbagai aspek sungai mahakam mengalami penurunan kualitas air, terdapat banyak industri-industri pertambangan atau perkebunan yang langsung berhubungan dengan sungai. 

Jika pertambangan melalui kapal-kapal pengangkut batu bara sering melalui sungai yang membawa muatan diambang batas minimum banyak juga perkebunan yang membuang limbah langsung pada air tawar.

Akhir-akhir ini pesut ditemukan mati dalam dua tempat berbeda yaitu di kecamatan Muara Kaman dan Muara Badak, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. 

Khusus untuk Muara Kaman menurut penuturan Innal Rahman sebagai Pembina Komunitas Save Pesut Mahakam bahwa kematian pesut mahakam ditemukan oleh warga yang bangkainya sudah nampak lama namun tidak ditemukan penyebab fisik terkena benturan dengan baling-baling kapal perahu atau terjerat renggae (alat menangkap ikan) nelayan setempat. 

“Tidak ada indikasi kematian karena terjerat jaring maupun bekas tabrakan. Panjang badan 233 cm, diameter badan 128 cm, jenis kelamin diperkirakan betina” ungkapnya. 

Menurut Innal Rahman kuat dugaan ini akibat usia yang sudah tua dari pesut mahakam sendiri, sebab usia bertahan hidup pesut mahakam hanya kurang lebih 30 tahun. 

Sedangkan untuk Muara Badak masih dalam pengamatan. Ini sudah menandakan pesut mahakam diambang kepunahan. Bukan tidak mungkin nanti generasi 10 tahun ke depan akan hanya bisa melihat pesut mahakam dalam cerita dan patung serta lambang daerah di Kalimantan Timur. Semoga peran semua pihak dapat menjaga dan melestarikan pesut mahakam semakin baik lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun