Pagi buta itu tiba
Kriyip mata berair tua
Empat sampai banyak langkah terlangkah
Menuju bagian belakang di surau reot itu
Gemercik air bersihkan yang tadinya kotor
Aroma harum tercium dari wajan panas
Uap hangat mengepul dari soblok berangus
dan banyak lagi
Itulah Ibuku
Wanita terhebat dihidup
Tak terhitung pengorbananya untuk
Itulah Ibuku
Kartini dalam hidupku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!