Mohon tunggu...
Akhmad Khoirul Fahmi
Akhmad Khoirul Fahmi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengajar, pengelola Pondok Pesantren, suka menulis. Saat ini fokus ke sejarah ulama-ulama, manajemen pesantren dan lingkungan hidup

Bismillahirrohmanirrohim....Alhamdulillah........La Khaula wala quwwata illa billah

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

PSSI Patut Disuspenss FIFA!!

28 Desember 2011   08:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:39 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : AK Fahmi

Jika KLB PSSI jadi digelar lagi dalam waktu dekat, inilah organisasi olahraga di dunia yang paling rajin buat Kongres. Alih-alih menghadirkan kebanggaan dan prestasi sepakbola, akan tetapi kisruh, kisruh dan kisruh terus pengurusnya.

Sesungguhnya permainan sepakbola memiliki filosofi sederhana. Mencetak gol dan menang. Bermain senang dan menang. Akan tetapi yang sederhana inilah yang kemudian menjadi susah. Jika dulu PSSI zaman Ramang atau Soetjipto untuk mengisi skuad Timnas cukup beberapa bon/ klub yang dipantau, maka lahirlah Tim yang hebat kala itu.

Sesungguhnya pengurus bola sangat sadar, bahwa sepakbola modern didapat hanya dengan kompetisi berkualitas, hal ini akan menjadikan Timnas hebat. Entah mengapa, yang sepenting ini kok pada rebut gak selesai-selasai?

Tentu persoalannya sudah bukan bagaimana membentuk Timnas Hebat, akan tetapi sudah soal-soal lain yang beragam kalkulasi. Seperti halnya Mbah buyut saya dulu melarang bermain bola-minimal jangan di depan rumahnya-untuk menghormati Sayyidina Hussein dan Nabi Yunus, yang konon ketika Syahid terbunuh kepalanya dijadikan ajang tendang-tendangan, dan bahkan beberapa ulama melarang permainan bola sebab lebih banyak melahirkan mudharatnya, maka dan cenderung melalaikan orang dari beribadah.

Maka, jika ditambah dengan carut marut kepengurusan PSSI semacam ini, tentu mungkin para Ulama akan lebih mengharamkan lagi. Permainan bola memang sederhana, akan tetapi dibalik permainan tidak sesederhana itu. Judi, pengaturan skor, intimidasi, kekerasan massa, skandal suap, dan seabrek tindakan kaum jahiliyah lainnya.

Yang membuat tidak sederhana, ya bukan pertandingan itu sendiri. Akan tetapi di luar pertandingan, dan penuh dengan berbagai asumsi keliru soal-soal olahraga dengan filosofinya.

Nilai olahraga sederhana: Sportifitas, Prestasi dan tentu saja kesehatan. Untuk hal ini, diilustrasikan secara sederhana dengan mengeluarkan keringat sehingga sehat, sekaligus usaha bermasyarakat, ataupun nilai maksimalnya untuk mengharumkan nama sebuah instutusi atau bahkan suatu bangsa. Jika itu olahraga permainan bisa ditambah nilai-nya, yaitu kebersamaan. Nilai-nilai ini nampaknya sudah hilang digantikan nilai-nilai materi dan hanya adu kuat. Jika begitu apa bedanya dnegan tinju jalanan.?

Melihat gejala-gejala "barbarism" di kepengurusan sepakbola Indonesia. Ingat di kalangan bawah pun gejala perilaku "jahiliyah" tersebut pernah saya ketahui. Judi adalah fenomena paling sering, katanya untuk menambah motivasi. Dan untuk memenangkan permainan judi dalam pengaturan skor ada istilah poor pooran. Bagaimana cara mempengaruhi permainan? Sederhana saja. Berikan iming-iming pada pemain lawan yang dijagokan untuk bermain tidak semestinya dan beragam taktik licik lainnya. Persoalan ini dari tingkat RT hingga tingkat level atas seperti Piala Dunia atau Liga-liga bergengsi.

Cukup sulit memberantas motif-motif judi ini. Dari yang secara tidak langsung hingga mempengaruhi pertandingan. Jika persoalan ini menjadi perjudian tingkat pengurus maka semakin semrawut sudah suatu tatanan. Tentu, public bola Indonesia sangat berharap hal ini jangan sampai terjadi, sebab melarang segala bentuk perjudian juga cukup susah dilakukan. Terpenting, permainan ini tidak menyentuh ke level pengurus.

Persoalan lain adalah Tidak Siap Kalah dan kemudian curang. Sebagai contoh dalam kejuaraan antar sekolahan, untuk kategori usia tertentu, mempalsu umur seseorang wajar dilakukan. Dan lucu juga kegiatan turnamen antar RT untuk tujuh belasan sebagai media hiburan dan kebersamaan, harus nge-bond (menyewa) pemain dari luar. Perilaku Tidak siap kalah lainnya adalah brutalnya para supporter jika timnya kalah. Dan modus kecurangan tentu berbagai ragam yang kiranya pengurus bola atau PSSI sudah sangat paham.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun