Mohon tunggu...
Akhmadi Swadesa
Akhmadi Swadesa Mohon Tunggu... Seniman - Pengarang

Menulis saja. 24.05.24

Selanjutnya

Tutup

Diary

Makanan Selalu Banyak yang Tersisa dan Terbuang, Mubazir

28 September 2024   13:23 Diperbarui: 8 Oktober 2024   07:54 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


SEBAGAI orang yang kerap hadir pada acara-acara yang digelar oleh lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta, dari acara-acara yang dilaksanakan setingkat kecamatan di balai desa, di aula-aula gedung pemerintah atau parlemen, hingga di hotel-hotel berbintang, saya kerap memperhatikan kebiasaan makan para undangan yang hadir di acara-acara tersebut.

Umumnya acara-acara seremonial yang saya hadiri, makanan yang disiapkan panitia bersifat prasmanan, alias swalayan. Para peserta atau undangan yang hadir akan antri mengambil makanannya masing-masing yang sudah tersedia di meja panjang. Dan di sinilah yang saya perhatikan, mereka mengambil atau mengisi piringnya dengan semua menu makanan yang tersedia, sehingga piring mereka menjadi penuh. 

Mereka ingin mencicipi semuanya, meskipun nanti mereka tidak bisa menghabiskan makanan itu karena ketidakmampuan perut untuk menampungnya. Akhirnya, makanan itu akan bersisa dan terbuang di tempat sampah. Mubazir dan itu sangat disayangkan, bila mengingat masih banyak orang-orang di luar sana yang masih hidup dalam serba kekurangan makanan.

Kadang saya saksikan, ada yang makan hanya beberapa sendok saja, kemudian berhenti dan meletakkan piringnya di bawah kursi atau di pojokkan. Padahal makanan yang masih tersisa masih cukup banyak.

Itulah lagaknya supaya nampak oleh orang lain, bahwa dirinya tidak rakus dan sudah biasa menikmati makanan-makanan di acara-acara seremoni seperti itu, dia makan sedikit saja dan sengaja menyisakan makanannya, tidak menghabiskan, dengan demikian mubazirlah makanan yang bersisa itu.

Padahal, alangkah bijaksananya, saat mengambil makanan, ambil seperlu dan secukupnya saja yang kira-kira bisa dihabiskan menyantapnya, tanpa meninggalkan sisa yang pada akhirnya nanti hanya berujung pada tong sampah.

Sungguh miris melihat betapa banyak piring-piring yang masih tersisa makanan, saat petugas hotel atau pelayan dari panitia pelaksana mengumpulkan piring-piring itu. Mereka akan membuang sisa-sisa makanan di piring itu ke dalam kantongan plastik warna hitam dan nanti akan membuangnya ke tong sampah.

Konon Indonesia, adalah salah satu negara yang paling banyak membuang makanan sisa dari berbagai acara, seperti pesta perkawinan, pertemuan di hotel-hotel dari kelas melati hingga berbintang, dan lain-lain. Makanan bersisa dari acara-acara tersebut melimpah-ruah mengisi tempat-tempat sampah.

Baca juga: Ziarah Senja

Saya sendiri sebelum mengambil makanan yang berat-berat, lebih dulu menikmati sepiring kecil irisan buah melon, semangka, dan nenas. Baru setelah itu saya beralih ke makanan yang berat. Saya mengisi piring dengan sedikit sekali nasi, lalu mengambil lauk yang saya sukai saja, misalnya ikan kakap tepung beberapa iris, sedikit sayur dan sambal. Kadang saya tidak mengambil nasi, tapi cukup lauknya saja. Dan saya selalu menghabiskan makanan yang saya ambil, karena ketika mengisi piring saya sudah perkirakan bisa saya santap habis makanan itu.

Ambil makanan seperlu dan secukupnya saja. Jangan berlebihan. Dan habiskan!

Demikian saja catatan riangan dari saya. Sekarang saya sedang menuju ke hotel Aston. Di lantai dua belas hotel itu ada acara pertemuan para guru se-provensi. Saya akan hadir di situ, dan ikut makan siang bersama para guru. Semoga nanti tidak banyak makanan tersisa dan terbuang, karena hal itu sangat disayangkan dan mubazir. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun