Mohon tunggu...
Akhmadi Swadesa
Akhmadi Swadesa Mohon Tunggu... Seniman - Pengarang

Menulis saja. 24.05.24

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Buku Diberi Label Best Seller dan Tip Bikin Puisi yang Puitis

11 Agustus 2024   18:01 Diperbarui: 11 Agustus 2024   18:03 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DALAM sebuah acara seminar kepenulisan, seorang pembicara menanyakan kepada seluruh peserta yang hadir: "Naskah apa yang paling berpeluang ditolak penerbit untuk diterbitkan sebagai buku?" Jawaban dari para peserta beragam. Naskah buku resep masakan, musik, bercocoktanam cabe, olah raga, dan sebagainya. Hanya seorang yang dianggap pembicara menjawab benar, yaitu 'Naskah buku kumpulan puisi.'

Ya. Hampir semua penerbit akan menolak menerbitkan buku kumpulan puisi, kecuali si pemilik naskah bersedia membayar biaya cetak dan membeli bukunya sendiri. Tentu saja dalam harga sebuah buku sudah termasuk ada biaya cetak, bukan?

Jika sang penyair berharap naskah buku kumpulan puisinya dibeli oleh penerbit dan itu artinya dia mendapatkan honor dari karyanya, kemudian penerbit itu menerbitkan naskah puisinya sebagai buku lantas melepasnya ke pasaran, sepertinya jauh panggang dari api.

Mengapa penerbit kebanyakan ogah membeli naskah buku kumpulan puisi? Alasannya, karena puisi kebanyakan sukar untuk dimengerti oleh para pembaca, puisi hanya dapat dimengerti oleh penulisnya sendiri. Bahkan -- ini lucu sekali -- ada penyairnya sendiri yang membuat puisi itu tidak mengerti arti dari puisi yang dibuatnya. Aneh kan? Penyair atau seniman ini sudah punya jawaban cerdas kalau ada orang yang bertanya tentang arti puisi yang ditulisnya, yaitu: "Puisi itu tidak untuk dimengerti, tapi untuk dinikmati saja keindahan diksi dan iramanya." Wkwkwk.

Baca juga: Selangit Sesal

Saran dari rekan penulis, jika seseorang ingin naskah puisinya terbit sebagai buku, ya terbitkan sendiri bukunya. Atau lakukanlah kerjasama dengan beberapa penulis yang doyan nulis puisi, lalu bikin buku antologi kumpulan puisi. Berkolaborasi. Bawa ke penerbit,  bayar biaya produksinya, setelah jadi buku lantas dibeli, lalu jual sendiri buku antologi kumpulan puisi tersebut. Titipkan ke toko buku atau jual secara online.

"Kalau buku kita bisa best seller bagaimana caranya, Pak?" tanya seorang peserta seminar lagi.

"Bukan best seller dalam arti yang sebenarnya lho ya...Gampang. Penerbit mayor mana saja bersedia menerbitkan buku dan memberi label best seller di buku itu, asal...." kata pembicara, sambil tertawa. "Asal kita bersedia membeli buku kita tersebut minimal 10 ribu eksemplar. Kalau harga buku itu 50 ribu, tinggal kalikan saja 10 ribu eksemplar, sejumlah itulah duit yang harus kita bayar. Gampang kan? Itulah yang dilakukan para motivator dengan buku-buku karya mereka. Mereka menjual bukunya pada acara-acara seminar yang mereka buat sendiri, dan buku itu telah diberi label best seller oleh penerbit yang bersangkutan.

Tidak akan ada penerbit besar mana pun yang bakal menolak menerbitkan buku kita, kalau kita bersedia mencetak dan membeli buku kita sebanyak 10 ribu eksemplar. Bahkan buku kita boleh diberi cap sebagai buku terlaris atau best seller."

Baca juga: Kesal

Ada pun mengenai cara membuat puisi yang indah dan puitis, hal itu normatif saja. Bisa dipelajari dari berbagai buku petunjuk yang ada.

Untuk membuat puisi yang puitis, berikut adalah beberapa tips yang bisa diikuti:

1. Pilih Tema atau Perasaan: Tentukan apa yang ingin kamu sampaikan. Apakah itu cinta, kerinduan, alam, atau pengalaman pribadi?

2. Gunakan Bahasa yang Indah dan Metaforis: Puisi puitis sering menggunakan kata-kata yang menggugah perasaan dan imajinasi. Gunakan metafora, simile, dan personifikasi untuk membuat gambaran yang kuat.

3. Perhatikan Irama dan Rima: Meskipun puisi tidak harus berima, irama yang baik dapat menambah keindahan puisi. Cobalah bermain dengan bunyi kata dan ritme kalimat.

4. Pilih Kata dengan Hati-hati: Setiap kata dalam puisi memiliki beban makna. Pilih kata-kata yang tepat untuk menyampaikan perasaan atau gambaran yang diinginkan.

5. Buat Struktur yang Konsisten: Puisi bisa memiliki struktur bebas atau terikat, seperti soneta atau pantun. Memilih struktur yang konsisten dapat menambah keindahan dan kesan mendalam pada puisi.

6. Ciptakan Emosi dan Imaji: Puisi yang puitis biasanya menimbulkan emosi dan menciptakan imaji dalam pikiran pembaca. Gunakan deskripsi yang tajam dan perasaan yang dalam.

7. Bermain dengan Ambiguitas: Kadang-kadang, membiarkan makna terbuka untuk interpretasi bisa membuat puisi lebih menarik dan menggugah pikiran.

8. Tulis dari Hati: Puisi yang paling puitis biasanya datang dari tempat yang dalam di dalam hati penulisnya. Biarkan perasaan dan pengalaman pribadi menjadi bahan bakar puisi.

Ini contoh singkat:

Di bawah langit malam, angin berbisik,
Membawa rindu yang tak pernah redup,
Bintang jatuh, menyulam mimpi,
Dalam pelukan bayangmu, aku tenggelam.

Puisi di atas menggunakan metafora dan bahasa yang indah untuk menggambarkan perasaan rindu dan cinta.

Cobalah menulis puisi sendiri dengan mengikuti langkah-langkah ini, dan biarkan kreativitasmu mengalir. Selamat mencoba dan berkarya! ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun