Mohon tunggu...
Akhmadi Swadesa
Akhmadi Swadesa Mohon Tunggu... Seniman - Menulis Fiksi

Menulis saja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Hutan di Belakang Rumah

27 Juli 2024   17:03 Diperbarui: 27 Juli 2024   17:13 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Ilustrasi sumber: pixabay.com

Oleh: Akhmadi Swadesa
   
     ORANG UTAN jantan yang wajahnya hitam dan pipinya bergelambir itu, duduk di dahan pohon manggis yang tinggi. Dia sedang asyik menikmati beberapa buah manggis, ketika dilihatnya di bawah sana, nampak istrinya, yaitu orang utan betina, setengah berlari menuju ke arahnya sambil menangis dan menutup wajahnya dengan sebelah tangan.


     "Lho, mana anak kita!?" tanya si jantan, setengah berteriak kepada istrinya.


     Orang utan betina itu dengan gesit menaiki pohon manggis yang besar itu, dan duduk di samping orang utan jantan, yaitu suaminya sendiri.


     "Aku tadi sedang memancat pohon langsat yang berada di sebelah sana bersama anak kita, ketika aku melompati dahan yang sarat buah sambil menggendong si kecil, ada ranting kecil melenting memukul tanganku. Gendonganku terlepas, anak kita jatuh ke tanah. Celakanya, di bawah pohon ada anak manusia yang sedang mencari buah-buahan di hutan ini, itu tuh anak kecil yang kepalanya plontos, yang rumahnya di pinggir hutan ini. Nah, dia melihat anak kita jatuh ke tanah, dia langsung mengejar anak kita dan menangkapnya. Dia gendong anak kita di dadanya, dan segera berlari kencang menuju pulang," cerita orang utan betina itu, lantas meneruskan tangisnya.


     "Huh, kamu sih. Anak sendiri kok bisa lepas dari gendongan. Orang utan macam apa kamu?"


     "Lantas, apa yang harus kita lakukan, Bang?"


     "Ya, harus kita rebut lagi anak kita."

Baca juga: RUMAH


     "Aku khawatir anak kita disembelih dan dimasak pakai bumbu Bali yang pedas, dan manusia-manusia itu lahap memakannya."


     Orang utan jantan mendengus jengkel. Dia petik lagi sebutir buah manggis yang masak ranum, mengupasnya, lalu memakannya dengan nikmat.


     "Hari sudah mulai malam ini, besok saja kita susul anak kita, ke rumah manusia yang tinggal di pinggir hutan itu," kata si jantan, sambil memonyong-monyongkan mulutnya yang berbibir dower itu.


     "Oke deh kalau begitu. Aku juga mau istirahat. Tapi sekarang makan buah manggis dulu aaah," sahut si betina, dan tangannya yang panjang segera bergerak memetik beberapa buah manggis dari pohonnya.
     Begitulah kira-kira percakapan pasangan orang utan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun