Mohon tunggu...
Akhmadi Swadesa
Akhmadi Swadesa Mohon Tunggu... Seniman - Menulis Fiksi

Menulis saja.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Rumah Kecil di Tepi Ciliwung (1)

17 Juli 2024   21:58 Diperbarui: 17 Juli 2024   22:55 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Ilustrasi sumber: pixabay.com


     Nining diam saja. Tapi perlahan dia menengok, dan pandangan kami bertemu. Aku tersenyum. Nining juga. Hanya sebatas itu. Selebihnya berlanjut dalam angan-angan.
    "Gua sayang dan cinta ama lu, Ning. Sungguh," kataku pelan, tapi hanya dalam hati.
    Om Piet mengangkat kedua jempolnya waktu keputusanku itu kusampaikan.


     "Ya. Seorang lelaki harus bisa mengambil keputusan yang tepat," kata om Piet, sambil menyerahkan beberapa anak kunci rumahnya yang akan aku tempati di Bogor itu. "Ini kunci rumahnya, dan ini uang sangu untuk kau hidup sebulan di sana. Hhm, jaga baik-baik rumah kami di sana ya?" lanjutnya om Piet seraya memasukkan amplop coklat yang cukup tebal ke dalam saku bajuku. Tentu saja aku mengucapkan terima kasih banyak.


     Om Piet menepuk-nepuk pundakku. Sementara, istrinya, tante Anna, menyaksikan dengan tersenyum-senyum.


     "Kapan kau akan berangkat ke Bogor?" tanya tante Anna.


     "Sore rencananya, Bu. Naik kereta api dulu, setelah turun di setasiun, lanjut naik mobil angkot menuju ke Cibinong dan desa Sukahati," jawabku.


     Dan hari-hari pertama keberadaanku di desa Sukahati hanyalah sibuk membersihkan serta merapikan keadaan rumah yang masih berantakan itu. Banyak potongan-potongan balok dan papan, juga onggokan pasir dan sisa-sisa semen yang membeku. Kondisi halaman depan, samping dan belakang rumah ditumbuhi semak belukar, aku bersihkan pula dengan cara membabatnya menggunakan arit.


     Aku menempati kamar tidur di bagian belakang dekat kamar mandi. Ada jendela kaca yang tidak pernah kubuka, menghadap hutan bambu betung yang lebat sekali. Kalau hari hujan disertai angin ribut, maka gemerisik dan ribut pula di hutan bambu itu. Suatu kali pernah, pada tengah malam hujan lebat turun disertai angin ribut, aku menyibak gorden jendela ingin melihat kegelapan di luar. Namun aku terkejut setengah mati dan kepalaku serasa membesar seperti tempayan. Mengapa? Di luar, di tengah hujan lebat dan berangin ribut itu, nampak berdiri sosok putih dengan rambut panjang menjuntai, menatapku dengan sorot mata merah darah, dan mulutnya menyeringai.


     Sangking kaget dan ketakutannya, aku berteriak sekuat tenaga dengan suara yang menggelegar: "Bangsat kau dedemit! Setan! Memedi! Aku tidak mengganggumu, kenapa kau ganggu aku!? Enyah kau dari hadapanku!"


     Sosok putih itu menghilang seketika. Aku yakin sekali, itu benar-benar hantu!


     Kututup gorden jendela dengan cepat. Tapi seluruh bulu di tubuhku serasa tegak berdiri, dan kepalaku tetap masih terasa membesar. Semalaman aku tak bisa tidur setelah itu.
     Jujur, selama hidupku yang kini sudah berumur dua puluh lima tahun jalan, baru kali itu aku benar-benar melihat hantu.


     Ternyata di rumah itu, pada malam-malam tertentu aku juga kerap diusik hal-hal yang berbau mistis. Kadang seperti ada seseorang yang menggelindingkan bola besi di atas lantai ubin dan menyentuh daun pintu kamar yang kutempati. Itu berkali-kali terjadi. Tatkala aku bangun untuk memeriksa, ternyata di lantai ubin dan di muka pintu kamarku tak kutemukan apa-apa. Di malam yang lain, saat tertidur pulas aku mendadak terbangun karena terdengar seperti ada seseorang yang sedang memompa air dengan pompa dragon itu, dan menampungnya ke dalam ember. Ketika aku periksa dengan mengarahkan sorot lampu senterku ke setiap sudut, hanya kesunyian sarat misteri yang kudapat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun