Masih teringat jelas, pernyataan yang pernah disampaikan oleh alm. Nur Cholis Madjid, atau cak nur terkait pandanganya terhadap Islam dan politik, cak nur mencoba memberikan ketidaksetujuannya dalam sebuah jargon politik yaitu "Islam yes, partai Islam no". Cara berfikir cak nur cukup lugas dan cerdas, menggunakan beragam sudut pandang untuk mengkritisi sesuatu, gaya pemikiranya memiliki ketajaman analisa yang dalam dan terukur.
Namun saya tidak akan mengkaji tentang sosok cak nur, namun dalam konteks saat ini jargon politik cak nur "Islam yes, Partai Islam No" lebih menarik untuk dikaji mengingat pesta demokrasi semakin dekat.
Mari kita kaji terlebih dahulu partai islam itu apa !!!!
Partai politik didefinisikan sebagai suatu kelompok terorganisasi yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. (Miriam Budiardjo, 1992). Tujuan partai politik adalah memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan partai. Ada empat fungsi partai politik, yaitu: fungsi agregasi, edukasi, artikulasi, dan rekrutmen. (Sigmund Neumann, 1981)
dalam surat Al Imron 104; dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar
dari pengertian politik dan surat Al Imron 104 di atas, dapat di tarik sebuah kesimpulan, partai Islam adalah sekelompok yang terorganisir (golongan) yang anggotanya memiliki orientasi (tujuan) yang menyeru pada kebajikan dan mencegah kemungkaran, memiliki nilai nilai keislaman dan cita cita yang sama. Tujuan politik Islam adalah memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik untuk melaksanakan dan mengatur kebijakan sebagai upaya untuk memperluas ajaran Islam dalam rangka mencari ridlo Allah SWT.
Pada masa Nabi Muhammad SAW, kegiatan politik digunakan untuk membangun fondasi dakwah islam, dan melindungi umat Islam yang dalam keadaan bahaya dan penuh ancaman dari kafir qurays, sehingga nabi menghimpun dan membina keluarga dan sahabatnya untuk menjadi pilar dakwah islam pada saat itu. sehingga nabi mampu mendirikan negara madinah, yang akhirnya menjadi kekuatan dakwah islam.
dalam konteks saat keindonesiaan, dimulai pada masa penjajahan; kata "Islam" terbukti mampu menjadi magnet pemersatu dalam hal perekonomian, munculnya sarekat dagang Islam jika tidak salah muncul pada tahun 1910-1911, meskipun pada saat itu Islam belum mampu bersatu dalam hal politik, pada tahun 1935 muncul MIAI (Majelis islam A'la Indonesia) yang menjadi embrio lahirnya partai Islam seperti PSII (Partai syarikat Islam Indonesia), selanjutnya masyumi (majelis syuro muslimin indonesia), meskipun belum dianggap sebuah aktifitas politik karena indonesia belum merdeka, namun munculnya beberapa kelompok islam pada masa penjajahan merupakan embrio munculnya partai Islam di Indonesia setelah kemerdekaan
Setelah indonesia merdeka, partai berlabel Islam pada awalnya hanyalah masyumi, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Perikatan Umat Islam, dan Persatuan Umat Islam. Namun perkembanganya masyumi bubar karena sikap primordialis antar golongan didalamnya. dan akhirnya muncul beberapa partai Islam seperti PERTI (tradisional islam), PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia), dan NU.
Pada masa orde baru muncul dua aliran politik yaitu partai nasionalis ( PNI, IPKI, Murba, Parkindo, Partai Katolik) dan Islam (NU, Parmusi, PSII, dan Perti). selanjutnya melalui kesepakatan menjadi nama Partai Persatuan Pembangunan)
Tumbangnya presiden soeharto sekaligus juga runtuhnya sistem politik soeharto, berdampak pada munculnya partai partai baru. partai islam kembali terpecah menjadi hingga saat ini.