Mohon tunggu...
Akhmad Hasbul Wafi
Akhmad Hasbul Wafi Mohon Tunggu... Mahasiswa - hambamusafir

tolong ajari saya menulis dengan benar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kemiskinan Struktural: Kesenjangan Sosial Masyarakat Sidoarjo yang Masih Memperhatinkan

8 Oktober 2024   00:36 Diperbarui: 8 Oktober 2024   05:19 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sidoarjo, sebuah daerah di provinsi jawa timur yang mayoritas isinya dihuni oleh daerah perairan hingga dijuluki kota delta yang kaya akan keaneragaman hayatinya masih meninggalkan bekas luka yang tidak bisa hilang

Masyarakatnya yang cukup padat dan tingkatan strata kehidupan sosialnya yang tidak merata menjadi acuan timbulnya akar permasalahan ini

Berdasarkan pengalaman pribadi yang saya temukan dan alami, setiap kaki ini menapaki suatu tempat di sidoarjo pasti itu ditemukan dengan sebuah pemandangan orang yang mengemis meminta sumbangan uang dan sebagainya

Contohlah, Alun-alun sidoarjo yang seharusnya menjadi tempat masyarakat bersuka ria bersama sanak keluarga harus dikotori dengan pemandangan pengemis yang merajalela dan tidak hanya satu ataupun dua orang yang datang melainkan bergantian seperti sudah terjadwal.

Populasi dan tingkat pembangunan di sidoarjo yang sangat padat hingga permasalahan pemimpin pemerintahan yang terjerat korupsi menjadi salah satu alasan dan acuan yang membuat para pengemis ini merajalela

Kesenjangan sosial yang terjadi di sidoarjo nampaknya memang menjadi tujuan stokeholder pemerintahan daerah terkait untuk mewujudkan kemiskinan yang struktural

Pengemis hingga anak jalanan di sidoarjo sudah tidak bisa lagi dibiarkan semata dan perlu penanganan dari dinas terkait untuk ditertibkan dan mencarikan sumber permasalahannya agar dicarikan solusi

Sidoarjo yang sudah mendapat predikat daerah yang iq masyarakat cerdas dengan urutan nomer 4 dijawa timur yang mencatat total IPM sebesar 81,02 pada tahun 2022. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, yakni di angka 80,65. (sumber:beritajatim.com)

Dengan data ini seharusnya bisa mengatasi masalah kesenjangan sehingga para pengemis dan anak jalanan ini hanya butuh dicarikan wadah untuk menciptakan sumber pekerjaan bukan sebagai wadah binaan dan buangan.

Ibu-ibu hingga anak yang mengemis itu bukan tidak butuh uang, tapi mereka tidak punya pekerjaan harus dikerjakan yang seharusnya itu menjadi tugas para orang yang ada dipemerintahan

Mental dan kebiasaan yang suka meminta-minta seperti ini akan menimbulkan sebuah sistem dungu yang dinamakan kemiskinan yang struktural

Alih-alih menuju negara maju dan sidoarjo makmur, ini lebih menjerumus menuju indonesia dan sidoarjo yang lebih mundur

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun