Mohon tunggu...
Akhmad Fawzi
Akhmad Fawzi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Pascasarjana Filsafat Islam

Membaca, Menulis, Merenung, dan Melamun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Akar-Akar Terorisme dalam Agama

14 Januari 2025   21:02 Diperbarui: 14 Januari 2025   21:02 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pendahuluan

Agama hadir ditengah kehidupan manusia dengan tujuan untuk mendamaikan dan memberikan pencerahan sehingga terciptalah manusia yang ber-peradaban disamping berpengetahuan. Kata "Agama" sendiri berasal dari bahasa Sanskrit yakni a = tidak dan gam = pergi, jadi tidak pergi atau tetap ditempat dan bisa juga diwarisi secara turun temurun. Ada juga yang mengatakan bahwa gam berarti tuntunan. Memang agama mengandung ajaran-ajaran yang menjadi tuntunan hidup bagi penganutnya (Nasution, 2018: 1). Dari penjelasan secara etimologi, Agama menunjukkan sebuah petunjuk bagi umat manusia demi tercapainya kebahagiaan bukan malah memunculkan kesengsaraan, rasa takut maupun rasa cemas. Agama yang bersifat sakral dan suci ini juga seringkali dijadikan kedok bagi kelompok tertentu demi tercapai kepentingannya. Melalui segala cara dilakukannya diantaranya aksi terorisme yang kerap dikaitkan pada agama tertentu khususnya agama islam. Apakah benar Agama khususnya dalam ajaran Islam sendiri terdapat benih-benih untuk melakukan tindak terorisme? Menarik untuk ditelisik lebih dalam lagi soal keterkaitan tindakan terorisme dengan agama.

Apa itu Terorisme?

Definisi Terorisme bersifat relatif, belum ada ijma berbagai negara mengenai definisi Terorisme. Kebanyakan negara mendefinisikan terorisme berdasarkan perspektif dan dinamika mereka masing-masing. Contohnya di negara Indonesia banyak Lembaga yang mendefinisikan terorisme, salah satunya MUI pada tahun 2005 menjelaskan bahwa terorisme adalah Tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan peradaban yang menimbulkan ancaman serius terhadap kedaulatan negara, bahaya terhadap keamanan perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat (Ansori dkk, 2018: 7-8). Bila dilihat dari kata "Terorisme", ini berasal dari kata "Teror" yang secara etimologis mencakup arti: 1. Perbuatan yang sewenang-wenang; 2. Usaha menciptakan ketakutan, kengerian dan kekejaman oleh seseorang atau golongan (Jalaluddin, 2019: 370). Menurut KBBI, Terorisme berarti penggunaan kekerasan atau menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai suatu tujuan, terutama tujuan politik.

Istilah "teroris" dan "terorisme" pertama kali muncul pada masa revolusi perancis 1789. Penggunaan kata "terorisme" pada tahun 1795 mengacu pada 'pemerintahan teror' yang diprakarsai oleh kaum revolusioner. Teroris ditunjukkan pada agen keamanan yang memberlakukan kebijakan teror. Menurut Prof. Adam Roberts dalam The Changing Faces of Terorism menjelaskan bahwa pada awal-awal revolusi, terjadi aksi kekerasan yang Sebagian besar dilakukan oleh pemerintah paris untuk memaksakan peraturan baru kepada warganya. Berdasarkan hal ini, aksi terorisme dilakukan dari kalangan pemerintah yang berupa pemaksaan aturan baru atau aturan terror pada masyarakat. Tetapi seiring perkembangan zaman, terorisme bukan hanya dilakukan oleh kalangan pemerintahan melainkan juga dilakukan oleh kelompok-kelompok non-pemerintah.

Bentuk-bentuk terorisme menurut Muladi dapat diperinci sebagai berikut:

  • Sebelum perang dunia II, hampir semua Tindakan terorisme terdiri atas pembunuhan politik terhadap pejabat pemerintah (Handoko, 2019: 157-158).
  • Terorisme pada tahun 1950-an, serangannya bukan hanya terhadap para pejabat pemerintah melainkan juga terhadap warga sipil yang tidak berdosa.
  • Terorisme pada tahun 1960-an dikenal sebagai "terorisme media" yang menyerang siapa saja demi tujuan publisitas.

Sedangkan ciri-ciri terorisme menurut Abdul Muis Naharong terdiri atas:

  • Kekerasan dilakukan dengan tujuan dan motif politik, keagamaan dan ideologi lainnya.
  • Perbuatan disebut sebagai terorisme apabila melibatkan kekerasan.
  • Terorisme memengaruhi sasaran diluar terget atau korban serta melibatkan aktor-aktor bukan negara (diluar pemerintahan).
  • Terorisme dilakukan oleh orang yang rasional atau berakal, bukan orang gila. Para teroris dalam menjalankan aksinya tidak dilakukan secara sembarangan akan tetapi perlu dipikirkan matang-matang.

Setelah mengetahui penjelasan mengenai terorisme, kita bisa mengetahui seperti apa bentuk aksi terorisme itu dan kita bisa menentukan mana aksi terorisme atau aksi yang bukan terorisme. Dengan melihat kondisi pada zaman sekarang ini, terorisme mempunyai wajah baru yakni melakukan aksi terror dengan berlandaskan teksi suci. Apakah ada hubungannya terorisme dengan agama? Berikut penjelasan soal hubungan terorisme dengan agama.

Hubungan Terorisme dengan Agama

Merujuk pada penjelasan diatas tadi bahwa terorisme dilakukan demi mencapai tujuan politik, oleh karena itu sebenarnya terorisme sama sekali tidak ada hubungannya dengan agama. Namun akhir-akhir ini bermunculan isu-isu miring untuk mengaitkan terorisme dengan Gerakan keagamaan. Adanya berita soal itu, dinyatakan oleh seorang pakar strategi keamanan dan terorisme dari pusat Analisa strategi internasional (CISA) yakni Prof. Ross Babbage dalam ceramahnya yang berjudul The New Terorism: Implications For Asia Pacific Governance di Gedung parlemen Australia di Canberra (11 desember 2002), ia menyimpulkan bahwa terorisme terkait dengan Gerakan minoritas umat islam militant wahabi yang radikal dan akrab dengan kekerasan (Jalaluddin, 2019: 371). Pandangan Ross mengenai hal ini, beliau membagi terorisme menjadi dua, yaitu terorisme lama dan baru, terorisme lama menurut Ross biasanya dalam melancarkan aksinya memerlukan peralatan berat dan tergabung dalam jaringan yang berbentuk organisasi seperti halnya organisasi militer. Sedangkan terorisme baru, Ross melihat mereka dalam melancarkan aksinya didukung oleh doktrin agama yang dikaitkan dengan perang suci. Dipertegas lagi soal penjelasan terorisme menurut divisi pengkajian dan penelitian departemen luar negeri amerika serikat yang mengatakan terorisme ialah aksi kekerasan tingkat tinggi yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok internasional dengan mengatasnamakan ideologi keagamaan kepada masyarakat luas. Pengertian tersebut tidak sembarang diberikan, karena pengertian terorisme sangat terkait dengan situasi pada sebuah negara. Mengingat terjadi aksi terorisme di amerika serikat  pada tanggal 9 september 2001 dimana kelompok islam radikal yakni Al-Qaeda yang dipimpin oleh Usamah bin Laden ditetapkan sebagai pelaku atas runtuhnya Gedung World Trade Centre (WTC).

Sebenarnya Agama mengajarkan kepada umatnya untuk memanusiakan manusia sehingga perbuatan yang merugikan dan menghancurkan peradaban manusia bukanlah ajaran agama yang sesungguhnya, bahkan lemahnya ruh agama didalam diri seseorang akan selalu melakukan keburukan yang berdampak pada kehancuran. Sudah jelas bahwa eksistensi agama dimuka bumi untuk mengharmonisasikan seluruh kehidupan manusia bukan malah membuat kondisi kehidupan manusia menjadi hancur. Dengan adanya agama yang dijadikan pedoman dasar hidup membuat manusia jauh dari kata "Terorisme".

Pertanyaan yang paling membuat kita akan penasaran terhadap jawaban dari mereka ialah "Kenapa Teks Suci dijadikan kedok aksi terorisme?" sebelumnya, menurut Freud menyatakan bahwa manusia memiliki insting untuk hidup atau untuk mengasihi kehidupan (yang dinamakan eros) dan insting untuk mati atau untuk merusak (yang dinamakan Thanatos) (Rahardanto: 76). Menyangkut hal tadi mengenai teks suci dijadikan kedok aksi terorisme, hal ini bukan berarti teks suci menyuruh manusia mendominasi insting Thanatos nya. Justru fungsi agama disini supaya insting eros mendominasi dalam diri manusia.  Ada sebuah  pernyataan dari Stepi Anriani, seorang pemerhati intelijen dan kemanan nasional yang mengatakan "Akar terorisme itu bukan agama, melainkan ideologi terror. Nah baru kadang-kadang diperkuat dengan mispersepsi ajaran agama" (www.gatra.com). Ajaran agama soal Jihad atau istilah Perang suci diyakini sebagai perintah Tuhan yang wajib dilaksanakan. Bagi kelompok fundamentalis islam, melakukan kekerasan dan bahkan pemboman kepada orang lain dianggap sebagai perjuangan (jihad) yang sangat mulia kedudukannya disisi Tuhan. Resiko mati atau eksekusi mati bagi mereka bukan penghalang, namun justru ada harapan dan janji masuk surga (Zainuddin, 2013). Intinya, karena mispersepsi ajaran agama atau memakai teks suci secara lahiriah nya saja tanpa di tafsirkan ataupun di takwil mereka tidak menyadari bahwa perbuatan mereka sangat bertentangan dengan nilai agama dan nilai kemanusiaan. Mereka menganggap bahwa apa yang telah dilakukannya itu sebagai jihad atau perjuangan dijalan Tuhan dengan membunuh atau pemboman umat manusia lainnya. Padahal bukan seperti itu maksud daripada arti jihad yang sebenarnya terutama dizaman sekarang ini dimana peradaban manusia lebih maju yang tentunya tidak ada lagi tindak kekerasan terhadap kemanusiaan.

Tidak ada Akar Terorisme dalam Agama

Berdasarkan penjelasan diatas tadi terkait hubungan terorisme dengan agama, bisa dikatakan Tindakan terorisme sangatlah jauh dan bertentangan dengan nilai agama. Agama sangat menjunjung tinggi jiwa manusia dan menghargai setiap perbedaan dalam kehidupan. Tidak halnya seperti teroris yang sangat tidak menjunjung tinggi jiwa manusia dan menganggap setiap perbedaan ialah ancaman besar bagi kelompok mereka (teroris). Teroris menghalalkan seluruh cara agar tercapai tujuannya dengan dibentengi oleh doktrin suci sehingga mudah sekali orang awam dicuci otaknya untuk bergabung bersama para teroris.

Pada zaman ini Tindakan terorisme sangatlah marak dan lebih parahnya agama tertentu dituduh sebagai agama yang melahirkan para teroris yaitu agama islam. mereka. Tidaklah heran jika diluar sana banyak orang yang menyebut islam sebagai agama teroris dan radikal karena mereka melihat sendiri para teroris seringkali menggunakan makna "jihad" yang memang terdapat dalam Al-Qur'an sebagai alasan dibalik perbuatan terorisme. Hal ini perlu diklarifikasi oleh para ulama dan cendikiawan muslim agar citra islam tidak semakin memburuk bahwa islam merupakan agama yang mengajarkan kedamaian dan kasih sayang. Menurut Hasbi al-Shiddieqy, Jihad dijalan Allah dimaknai secara luas bukan hanya perang atau angkat senjanta, melainkan juga bermakna berjuang melawan kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, penindasan, pemerkosaan dan sebagainya.

Istilah jihad sering muncul Ketika terjadi aksi-aksi kekerasan sehingga berdampak pada terjadinya kesalahpahaman dalam memahami istilah jihad sebagai perjuangan fisik atau perlawanan dengan bersenjata (Rahman, 2018: 151). Adapun jihad atau peperangan yang diizinkan Al-Qur'an hanya untuk menghindari terjadinya penganiayaan. Peperangan yang dilakukan kepada orang-orang kafir sesungguhnya bukan karena ketidakmauan mereka masuk islam, melainkan karena perbuatan yang mereka lakukan itu diluar batas kemanusiaan dan melanggar hak asasi manusia seperti mengubur bayi hidup-hidup, merendahkan martabat kaum perempuan, memaksa untuk memeluk agama mereka dengan cara keji  dan lain sebagainya. Islam sendiri tidak langsung semena-mena memeranginya, akan tetapi memberi peringatan terlebih dahulu kepada mereka sebanyak tiga kali. Apabila yang ketiga kalinya sudah diperingatkan tetapi tetap saja mereka berbuat demikian, maka mereka harus diperangi. Hakikatnya, peperangan tidak dikehendaki oleh islam, adanya perang terhadap mereka semata-mata membela hak asasi manusia yang merupakan nilai dari ajaran agama islam sendiri.

Dengan demikian, konsep jihad memiliki makna luas dan jangan dibatasi dalam pemaknaannya. Perang merupakan jihad kecil, sedangkan jihad besar adalah perang melawan hawa nafsu. Mereka yang melakukan Tindakan terorisme seperti bunuh diri yang dibarengi aksi pemboman dengan mengharapkan mati syahid sangatlah salah. Islam tidak membenarkan perbuatan tersebut bahkan mengharamkan bunuh diri. Jelas sudah bagi yang selama ini melempar tuduhan terhadap islam sebagai agama teroris, islam adalah agama rahmat bagi seluruh makhluk dimuka bumi ini yang misi utamanya ialah  mengajarkan cinta dan kasih sayang  sehingga tercipta suasana kerukunan dan kedamaian dalam kehidupan manusia.

            Kesimpulannya, agama berisikan nilai-nilai etis bagi manusia yang membentuk sikap moralitas bagi para pemeluknya. Terorisme merupakan tindakan amoral yang jauh dari nilai-nilai agama. Terorisme sama sekali tidak ada kaitannya dengan agama dan agama tidak mengajarkan aksi seperti yang dilakukan oleh para teroris.

Referensi

Ansori, Mohammad Hasan, dkk. 2018. Monograf: Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang. Jakarta: The Habibie Center.

Handoko, Agus. 2019. Analisis Kejahatan Terorisme Berkedok Agama. Jurnal Sosial & Budaya   Syar-i. 6(2): 157-158.

Jalaluddin. 2019. Psikologi Agama: Memahami Perilaku dengan Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Psikologi. Depok: Rajawali Pers.

Nasution, Harun. 2018. Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I. Jakarta: UI-Press.

Rahardanto, Michael Seno. Mengkaji Sejumlah Kemungkinan Penyebab Tindak Terorisme: Kajian Sosio-Klinis. Makalah.

Rahman, Amri. 2018. Memahami Jihad dalam Perspektif Islam (Upaya Menangkal Tuduhan Terorisme dalam Islam). Jurnal Pendidikan Agama Islam. 4(2): 151-152.

Zainuddin, M. 2013. Antara Bom dan Surga (Kekuatan Sebuah Doktrin). Dikutip dari https://www.uin-malang.ac.id .

Website

https://www.gatra.com/detail/news/508373/politik/akar-terorisme-ideologi-teror-diperkuat-mispersepsi-agama

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun