Mohon tunggu...
Akhmad Fawzi
Akhmad Fawzi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Pascasarjana Filsafat Islam

Membaca, Menulis, Merenung, dan Melamun

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hadits: Inspirator Falsafah Islam

31 Desember 2024   00:36 Diperbarui: 31 Desember 2024   00:36 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Menepis Berbagai Tuduhan Terhadap Falsafah Islam 

Ada kesan kuat yang berkembang dikalangan sarjana barat maupun bukan bahwa "falsafah islam" tidaklah benar-benar islam. falsafah islam tidak lebih dari sekedar falsafah Yunani dalam bahasa arab. Perannya tak lebih sebagai penyambung peradaban Yunani (Fakhry, 2002: xi). Tidak ada keaslian didalamnya. Bahkan dianggap ilmu yang haram dipelajari karena dapat membahayakan akidah dan sama sekali bukan bagian dari ajaran Al-Qur'an dan Hadits. Ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya tuduhan seperti itu yang dilayangkan oleh kalangan sarjana barat. Pertama, mengira seluruh kegiatan keilmuan yang dilakukan oleh para pelajar muslim hanyalah untuk meng-islamkan khazanah Yunani. Kedua, minimnya literatur kebudayaan terhadap falsafah islam. tuduhan yang mereka kirimkan kepada falsafah islam hanyalah melihat sebagian kacamata dalam kegiatan penerjemahan. Padahal kalau mereka melihat lebih dalam bahwa semangat keilmuan pelajar islam itu berdasar atas Al-Quran dan Hadits sendiri. misal, Al-Quran secara harfiah berasal dari kosakata qara'a yang berarti membaca, dalam arti luasnya berarti mengamati, mengidentifikasi, memahami, mengkategorisasi, membandingkan, menganalisa, menyimpulkan, dan memverifikasi (Nata, 2018: 51-52).

Falsafah islam adalah (bersifat) islam, bukan hanya karena ia dibudidayakan di dunia islam dan dilakukan oleh kaum muslim, melainkan juga karena menjabarkan prinsip-prinsip dan menimba inspirasi dari sumber-sumber wahyu islam, serta menangani banyak permasalahan dengan sumber-sumber itu kendati pun ada klaim-klaim yang berlawanan dari para penentangnya (Nasr & Leaman, 2003: 36). Semua failasuf hidup dalam buaian Al-Quran dan Hadits seperti Ibnu Sina yang apabila mendapat masalah yang pelik ia langsung pergi ke masjid untuk melaksanakan salat dan ibnu rusyd yang merupakan seorang qadhi.

Kehadiran Al-Quran dan Hadits telah memberi perubahan pada pola berfalsafah yang kemudian nanti disebut sebagai falsafah profetik. Falsafah profetik ini selalu berupaya melakukan penyempurnaan terhadap kapasitas akal, mental, sekaligus jiwa manusia secara terus menerus. Dengan demikian falsafah islam mampu membawa pencerahan terhadap fakultas intelektual, emosional, mental, sekaligus spiritual yang berada dalam diri manusia (Zaprulkhan, 2019: 5). Tentunya penjelasan ini tidak akan dibahas secara radikal, karena bagian penugasan saya mengenai bukti hadits yang menginspirasi falsafah islam. tapi setidaknya pembahasan awal tadi sebagai pengantar untuk masuk kedalam topik pembahasan yang saya angkat.

Akal Mempunyai Posisi Penting dalam Agama Islam

Islam memiliki dua sumber utama yakni Al-Quran dan Hadits. Saya tidak panjang lebar dalam membahas keduanya tapi hanya membahas salah satunya saja yaitu Hadits walaupun nantinya masih ada relasi dengan Al-Quran. Sebelum mengelaborasi lebih jauh soal Hadist yang telah menginspirasi falsafah islam, hendaknya mengetahui lebih dulu definisi hadits itu sendiri. hadits mempunyai beberapa sinonim menurut para pakar ilmu hadits, yaitu sunnah, khabar dan atsar. Menurut muhadditsin, hadits adalah sesuatu yang datang dari nabi, baik berupa perkataan atau perbuatan dan atau persetujuan (Khon, 2015: 2-3). Setelah mengetahuinya, ternyata hadits pun sempat menyinggung soal berpikir atau berfalsafah. Akan tetapi tidak secara mendetail hadits membahas definisi sampai permasalahan dalam falsafah islam.

Secara arti praktisnya, falsafah adalah berpikir (Tiam, 2015: 6) dan alat untuk berpikir disebut akal. Akal inilah yang nanti dibahas dalam beberapa hadits/sunnah Nabi. Islam sangat peduli dengan potensi akal manusia. Dalam Al-Quran banyak sekali ayat-ayat yang mengisyaratkan hal ini. Berkali-kali Allah menyebutkan perihal akal, orang yang berakal. Misalnya saja kalimat "afala ta'qilun", "afala tatadabbarun", dan sebagainya. Demikian pula didalam hadits, banyak ditemukan isyarat pentingnya penggunaan akal dalam beragama. Bahkan "berakal" merupakan prasyarat individu untuk bisa memikul tanggung jawab beragama seperti dalam hadits disebutkan bahwa akal merupakan substansi agama.

"agama adalah akal pikiran, barangsiapa yang tidak ada agamanya, maka tidak ada akal pikirannya". (HR. An-Nasai).

secara tersirat, agama memposisikan akal sebagai sesuatu yang sangat urgent. Dalam beragama diperlukan kontribusi akal, kalau tidak disebutnya bukan beragama. Dalam ajaran agama islam terdapat perintah dan larangan yang relevan dengan pemikiran manusia, hal tersebut bisa dipahami bagi yang akal nya sehat dan normal. Orang yang tidak berakal dianalogikan seperti bayi yang masih belum bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk. Oleh karena itu, hadits ini sebagai isyarat untuk mengoptimalkan penggunaan akal. Demikian agama memberikan akal pada kedudukan yang tinggi. Bagi mereka yang menggunakan akal pikirannya secara optimal seringkali disebut pemikir atau kalangan intelektual. Banyak juga nash dari Al-Quran perihal penyebutan orang yang menggunakan akal pikirannya seperti ulul albab, ulul abshar, ulun nuha dan lain sebagainya.

Rasulullah secara eksplisit menganjurkan kepada umatnya untuk berpikir, misalnya hadits dari Ibnu Abbas Ra sebagai berikut:

"diriwayatkan dari ibn abbas ra bahwa ada suatu kaum yang memikirkan Allah Azza Wajalla, maka Nabi SAW bersabda: pikirkanlah tentang ciptaan Allah dan jangan kalian pikirkan tentang Allah, karena sesungguhnya kalian tidak akan sanggup (memikirkannya)." (HR. Abu Nu'ain dan Baihaqi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun