Mohon tunggu...
Akhmad Fawzi
Akhmad Fawzi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Pascasarjana Filsafat Islam

Membaca, Menulis, Merenung, dan Melamun

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mulla Shadra: Siapkan Dirimu untuk Perjalanan Spiritual, Ketahuilah Dimana, dari Mana dan Kemana Tujuanmu

4 Juli 2024   22:14 Diperbarui: 4 Juli 2024   22:34 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkataan Mull Shadr pada karyanya Al-Asfar Al-Arba'ah (Empat Perjalanan) yang berisikan perjalanan spiritual melalui empat jalan. Ia menyebut dengan dalam 'Siapkan dirimu untuk perjalanan spiritual dan ketahuilah dimana, dari mana dan kemana tujuanmu'. Perjalanan spiritual tersebut dalam Al-Asfar Al-Arba'ah ada empat; Perjalanan pertama dari makhluk menuju Tuhan, perjalanan kedua menuju Tuhan melalui (bimbingan) Tuhan, perjalanan ketiga dari Tuhan menuju makhluk melalui (bimbingan) Tuhan dan perjalanan keempat didalam makhluk melalui (bimbingan Tuhan) (Fakhry, 2002: 135). Pada setiap perjalanan mempunyai instrumen tersendiri untuk melewatinya, seperti pada perjalanan pertama dibutuhkan segala pengetahuan diantaranya filsafat sebagai pelengkap atau penyempurna jiwa manusia untuk mengetahui tentang esensi keberadaan melalui bukti-bukti (Shadra, Al-Asfar Al-Arba'ah).

 

Sebelum lebih jauh memahami perkataan diatas, penting mengenal sosok Mull Shadr. Mull Shadr, itu sebutan bagi nama lengkap Muhammad Ibn Ibrahim Al-Qawami Al-Syirazi (Nasr, 2003: 902). Ia merupakan failasuf syiah abad kesebelas hijriah atau ketujuh belas masehi yang memunculkan inovasi besar bagi filsafat Islam dengan mensintesiskan ketiga aliran filsafat Islam yaitu Peripatetik, Iluminasi dan 'Irfani. Ia mendapat gelar kehormatan Sadr al-Din (Ahli Agama). Lahir di Shiraz pada 979-80/1571-72. Ayahnya bernama Ibrahim Ibn Yahya dan ia memulai perjalanan intelektual di Isfahan dengan berguru pada teolog Baha'uddin al-'Amili, lalu failasuf peripatetik Mir Abul Qasim Fendereski dan guru utamanya sekaligus yang paling dikenal ialah Sayyid Muhammad Baqir Astarabadi atau lebih dikenal Mir Damad, seorang penggerak utama kebangkitan mazhab Isfahan (Rahman, 2010: 1). Kehidupan Mull Shadr tidak lepas dari menuntut ilmu, mengajar dan kontemplasi filosofis. Setelah menuntut ilmu pada pendidikan formal di Isfahan, ia uzlah dari Masyarakat ke sebuah desa kecil Kahak, tidak jauh dari Qum. Uzlahnya menuntut penyempurnaan diri sebagai seorang failasuf sejati menurut Suhrawardi yaitu manusia yang mampu mendiskursifkan secara rasional pada pengalaman mistiknya yang mendalam dan otentik (Kartanegara, 2006: 45). Periode tersebut menyingkapkan sikap iluminasionisnya terhadap filsafat dan pengetahuan intuitif yang dialaminya. Seperti yang ia katakan:

 

"Wahyu Qurani adalah cahaya yang memungkinkan seseorang melihat. Seperti mentari yang memancarkan cahayanya dengan berlimpah. Intelek filosofis adalah mata yang melihat cahaya ini dan tanpa cahaya ini orang tak dapat melihat apa pun. Jika orang menutup matanya, yakni jika orang berlagak melampaui dengan intelek filosofis, cahaya ini sendiri tidak akan tampak sebab tidak ada mata yang melihatnya".

 

 

 Setelah di Isfahan dan uzlah, ia kembali ke Syiraz dimana ia menjadi guru pada sebuah madrasah yang didirikan oleh gubernur provinsi Fars(Tiam, 2015: 170). Aktivitas mengajar membuatnya berkutat pada aktivitas filosofi yang dikelilingi lingkaran Syi'ah (Nasr, 2003: 906). Itu artinya karakter intelektualnya mulai terbentuk saat mengenyam pendidikan ditempat kelahirannya, Shiraz. Sebagai pemuda yang rasa menjelajahnya tinggi, ia pergi ke Isfahan yang mungkin salah satu pusat pendidikan Islam pada abad ke-10 lalu bermeditasi guna menjadi failasuf sejati dan baru menjadi pengajar. Hidupnya selalu dikelilingi ilmu mulai dari disiplin ilmu yang pertama ia pelajari ialah Al-Ulum Al-Naqliyyah kepada faqih besar Baha' Al-Din Muhammad Al-'Amili hingga  Al-Ulum Al-Aqliyyah dibawah bimbingan Mir Damad (Nasr, 2003: 903). Karena ia mempelajari segala jenis ilmu, maka karya-karyanya pun dibagi menjadi dua tren: ilmu-ilmu naqliah dan ilmu-ilmu aqliah sehingga tema-temanya pun beragam mulai dari fikih, tafsir Al-Qur'an, ilmu hadis, teologi, tasawuf dan filsafat. Misalnya, Syarh Ushul Al-Kafi berisi kumpulan hadis syi'ah tentang masalah-masalah fikih dan teologi. Lalu Mafatih Al-Ghaib berisikan tafsir Al-Qur'an namun sayangnya tidak tuntas dan sejumlah risalah-risalah pendek seperti Al-Hikmah Al-'Arsyiyyah, Al-Mabda' wa Al-Ma'ad, dan kitab Al-Masya'ir. 

 

Magnum opus terbesarnya ialah Al-Hikmah Al-Muta'aliyah fi Al-Asfar Al-Aqliyah Al-Arba'ah (Hikmah yang tinggi dalam perjalanan pikiran). Karya monumental ini menjadi kebaruan sekaligus gebrakan besar bagi filsafat Islam dimana Mulla Shadra mesintesiskan antara peripatetik, iluminasionis dan 'irfan dengan sebutan Al-Hikmah Al-Muta'aliyah (Hikmah yang Memuncak) (Fakhry, 2002: xvi). Selain itu, juga ada karyanya yang tidak kalah menarik yaitu Al-Asfar Al-Arba'ah (Empat Perjalanan) yang sudah disinggung pada awal tulisan ini.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun