Membedakan Antara Fortuna vs Virtue untuk Menjadi Sarjana Unggul dan Profesional
Dalam dunia modern yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian, bagaimana seseorang dapat mencapai keunggulan, baik sebagai sarjana maupun profesional? Salah satu pendekatan yang relevan untuk menjawab pertanyaan ini adalah filosofi Stoicisme. Stoicisme adalah ajaran filsafat yang berasal dari Yunani kuno dan menekankan pentingnya membedakan antara apa yang dapat kita kendalikan (virtue) dan apa yang tidak (fortuna). Dengan memahami konsep ini, individu dapat membangun mentalitas yang tangguh dan fokus pada tindakan yang benar. Artikel ini akan membahas mengapa penting untuk memahami konsep Fortuna dan Virtue, mengapa hal ini relevan bagi mahasiswa dan profesional, serta bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mengapa Memahami Fortuna dan Virtue Penting?
Fortuna, dalam konteks Stoicisme, merujuk pada segala sesuatu di luar kendali kita. Ini mencakup peristiwa acak, nasib baik atau buruk, dan situasi eksternal seperti ekonomi, cuaca, atau keputusan orang lain. Dalam kehidupan sebagai mahasiswa, Fortuna dapat berupa nilai ujian yang dipengaruhi kebijakan dosen, jadwal kuliah yang berubah, atau bahkan persaingan antar teman sekelas. Sebagai profesional, Fortuna muncul dalam bentuk perubahan pasar, keputusan atasan, atau kondisi makroekonomi.
Ketika seseorang terlalu fokus pada Fortuna, mereka rentan terhadap stres, frustrasi, dan kekecewaan. Misalnya, seorang mahasiswa yang mengharapkan nilai A di semua mata kuliah mungkin merasa hancur ketika realitas tidak sesuai harapan. Namun, Stoicisme mengajarkan bahwa terlalu memikirkan hal-hal di luar kendali kita adalah kontraproduktif.
 Virtue adalah aspek-aspek yang sepenuhnya berada di bawah kendali kita, seperti tindakan, pikiran, dan sikap. Dalam Stoicisme, Virtue mencakup kebijaksanaan, keberanian, pengendalian diri, dan keadilan. Fokus pada Virtue berarti mengarahkan perhatian pada apa yang dapat kita lakukan dengan baik, terlepas dari hasil akhirnya. Sebagai mahasiswa, ini berarti berusaha maksimal dalam belajar, mengelola waktu dengan baik, dan menjaga integritas akademik. Sebagai profesional, Virtue terwujud dalam etos kerja, pengambilan keputusan yang bijak, dan komitmen terhadap nilai-nilai moral.
Mentalitas Tangguh di Tengah Tekanan
Mahasiswa sering kali menghadapi tekanan untuk meraih prestasi akademik, mendapatkan pekerjaan impian, atau memenuhi ekspektasi keluarga. Demikian pula, profesional menghadapi target kerja, tekanan deadline, dan persaingan industri. Dengan memahami konsep Fortuna dan Virtue, individu dapat memisahkan apa yang layak untuk dikhawatirkan dan apa yang tidak. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang gagal dalam sebuah ujian tidak perlu meratapi kegagalannya, tetapi dapat fokus pada perbaikan untuk ujian berikutnya.
Fokus pada Proses, Bukan Hasil
Dalam dunia yang sering kali memprioritaskan hasil, Stoicisme mengajarkan pentingnya memprioritaskan proses. Bagi mahasiswa, ini berarti lebih memusatkan perhatian pada bagaimana mereka belajar daripada sekadar mengejar nilai. Sebagai profesional, ini berarti berusaha sebaik mungkin dalam pekerjaan tanpa terobsesi pada pengakuan atau promosi. Ketika individu fokus pada Virtue, mereka akan menemukan kepuasan intrinsik dari usaha mereka, terlepas dari hasil akhirnya.