Mohon tunggu...
Faisol
Faisol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Instagram : akhmadf_21 Twitter : @akhmadf21

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Kerawanan dan Konflik Sosial Mulai Tercium pada Pemilu Tahun 2024

10 September 2023   18:46 Diperbarui: 10 September 2023   18:54 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pemilihan umum yang akan diselenggarakan pada Rabu (14/02/2024) tinggal hitungan bulan lagi. Konstalasinya pun kian memanas dengan semakin mendekati proses pendaftaran Bacapres dan Bacawapres ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI"

Peran pendukung dalam kontestasi pemilu tahun 2024 cukup menarik perhatian, tidak hanya para pengamat politik dalam negeri, pengamat dari negara lain pun ikut menyoroti perhelatan pemilu di republik tercinta ini.

Bakal calon presiden sudah terbentuk menjadi tiga poros, yang masing-masing poros sudah memiliki kandidat yang akan berkompetisi untuk di pilih oleh rakyat.

Dari partai Penguasa PDI Perjuangan sudah merekomendasikan nama Ganjar Pranowo sebagai kandidat yang sudah memenuhi syarat untuk berlayar.

Sementara poros dari partai Gerindra yang sudah mendeklarasikan nama Prabowo Subianto yang berkoalisi dengan partai Golkar, Partai Amanat Nasional dan Partai Bulan Bintang, sudah fix Prabowo yang diusung menjadi bakal calon presiden.

Dilain tempat ada pula poros koalisi perubahan yang di inisiasi oleh Partai NasDem yang saat ini sedang memadu kasih dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Dikoalisi perubahan inilah Bakal Calon Presiden dan Bakal Calon Wakil Presiden sudah terbentuk, yakni Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, sehingga di koalisi perubahM untuk persatuan inilah yang kemungkinan besar akan lebih dahulu mendaftarkan bakal Capres dan Cawapresnya.

Masing-masing tiga poros tersebut sudah terbentuk, begitupun dengan loyalis dan pendukungnya sampai ke akar rumput.

Disinilah pertarungan sengit bahkan di perkirakan akan cukup memanas, sehingga konflik dan kerawanan sosial sudah mulai tercium mulai saat ini.

Tidak hanya pendukung di akar rumput saja konflik itu sudah mulai terjadi, di struktural partai pun hal tersebut tensinya sudah mulai memanas.

Salah satu contoh kasus pemukulan yang di lakukan oleh pengurus Partai Gerindra di Jawa Tengah yang memukul pengurus PDI Perjuangan hingga berbuntut panjang.

Hal tersebut merupakan percikan-percikan yang sudah mulai ada konflik sosial antar pendukung.

Loyalisme dan Fanatisme pendukung bisa memunculkan percikan api amarah

Para pendukung, loyalis dan fanatisme terhadap calon tertentu sangat mungkin akan melakukan berbagai cara agar calon yang didukung bisa memenangkan kontestasi.

Pemilu umum tahun 2024 khususnya pilihan presiden dan wakil presiden, mulai dari manuver para elite hingga para pendukung, berupaya jegal menjegal dan saling menjatuhkan satu sama lain.

Informasi dari fakta yang sebenarnya sampai dengan informasi hoax pun kerap berseliweran di berbagai platform media sosial.

Problemnya ketika para loyalis dan pendukung fanatisme tidak lagi mengedepankan rasionalitas dan etika, maka kekisruhan akan sangat mungkin terjadi.

Apalagi jika terpengaruh oleh opini dari berbagai macam survey, khususnya survey pesanan yang terus memenangkan salah satu kandidat pun tidak seutuhnya bisa di jadikan patokan, meskipun metode yang di pakai dengan raoudom sampling dengan trouble error hanya 5 %.

Mengapa surveyor tidak bisa di percaya seutuhnya, sebab survey yang di alikak hanya berdasarkan sampling saja, disamping itu pula lembaga survey yang saat ini berseliweran di berbagai media, sangat mungkin semuanya berdasarkan pesanan, sehingga tidak heran jika kemudian surveynya hanya itu-itu saja.

Publik pun membaca bahwa lembaga Survey sampai mendekati hari pencoblosan, bisa di pastikan akan memenangkan dua kandidat yang ada di lingkaran Istana, kalau tidak Ganjar Pranowo ya mungkin Pranowo Subianto, sehingga publik pun membaca bahwa Surveyor tersebut hanya membangun opini, sementara pemilihnya Sudan mulai cerdas dan rasional.

Artinya apa, bahwa penggiringan opini ini juga sangat mungkin akan menjadi percikan api yang bisa menyulut terjadinya kerawanan dan konflik sosial.

Informasi Hoax untuk saling menjatuhkan

Mengapa penulis mengatakan bahwa kerawanan dan konflik sosial pada pemilu tahun 2024 ini sudah mulai tercium ?

Perlu kita ketahui bersama bahwa kontestasi pemilu tahun 2024 di laksanakan dengan metode dan sistem proporsional terbuka.

Artinya masing-masing kandidat baik pilihan presiden maupun pilihan legislasi, di pilih secara terbuka dengan harapan dilaksanakan secara jujur, adil, rahasia dan berkepastian hukum.

Selain itu pula ada variabel lain, kaitannya dengan pilihan presiden dan wakil presiden yang saat ini tidak ada incumbent, sehingga kontestasi untuk menjadi RI 1, akan bergerak dengan sengit.

Kerawanan dan konflik sosial ini perlu disadari harus di antisipasi, negara tentu harus cawe-cawe dalam konstek ini, mengingat pemilihan yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali ini bisa berjalan dengan damai, aman dan membawa kesejukan antar pendukung.

Meski tidak bisa di pungkiri bahwa akan ada banyak kejutan dan skenario plot twist yang akan diciptakan oleh para elite dan pastinya akan berimbas pada masyarakat secara umum.

Dari Kubu koalisi perubahan Plot twist itu pun terjadi, dengan deklarasinya Muhaimin Iskandar atau cak Imin sebagai bakal calon wakil presiden mendampingi Anies Baswedan, sungguh mengejutkan dan membuat geger publik.

Saling serang dan narasi penghianatan pun terus di dengungkan untuk menjatuhkan Bacapres dari koalisi perubahan.

Deklarasi damai dan mengantisipasi Kerawanan serta konflik sosial sudah harus dilakukan 

Para pihak atau para steakholder yang akan menjalani kontestasi pada pemilu tahun 2024, memiliki peran besar untuk menciptakan keberlangsungan pemilihan umum ini agar bisa berjalan dengan damai, jujur dan adil.

Artinya problem kerawanan pemilu tersebut tidak hanya dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum dan badan pengawas pemilu saja.

Deklarasi damai ini juga perlu dilakukan oleh para tokoh yang sudah siap berkontestasi, mengingat para loyalis dan fanatisme pendukung bisa melakukan berbagai cara untuk memenangkan calon yang hendak di dukung.

Berbagai cara baik melalui sistem yang dilakukan secara struktural, masive, dan berlindung di bawah ketiak hukum juga sangat mungkin terjadi.

Apalagi cara-cara kekerasan dan tidak rasional juga menjadi ledakan emosional pada pendukung.

Oleh karena itu kerawanan dan konflik sosial ini perlu untuk segera di antisipasi sedini mungkin, sebelum konflik vertikal dan horizontal itu terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun