"Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden yang di dukung oleh 5 partai besar sebagai kendaraan politik, semakin membuatnya confidence menghadapi pemilu tahun 2024, Koalisi yang diinisiasi oleh Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu semula bernama Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR), dengan bergabungnya Golkar, Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Amanat Nasional (PAN) koalisi tersebut berubah nama menjadi Koalisi Indonesia Maju (KIM)"
Perubahan Nama dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) menjadi Koalisi Indonesia Maju (KIM), memang di sepakati oleh para ketua umum partai yang tergabung mendukung dan mendeklarasikan Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden.
Koalisi Indonesia Maju merupakan koalisi yang saat ini sedang di pakai oleh Presiden Jokowi dalam.menyusun Kabinet Indonesia Maju (KIM).
Perubahan nama koalisi itu di umumkan langsung oleh Prabowo Subianto pada HUT Partai Amanat Nasional (PAN) yang ke 25 (28/08) di Jakarta.
Perubahan Nama itu sebenarnya tanpa sepengetahuan Cak Imin sebagai partai partama yang mendukung Prabowo Subianto, namun cak Imin tidak mempermasalahkan itu, meski tidak dilibatkan dalam proses musyawarah perubahan nama tersebut antar ketua umum partai.
Koalisi Duplikat Prabowo Subianto
Koalisi Indonesia Maju (KIM) merupakan duplikat yang sama persis dengan Koalisi yang di pakai oleh Presiden Jokowi saat ini.
Prabowo Subianto yang merubah nama dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) menjadi Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang telah di sepakati oleh para ketua umum partai politik, memang partai yang saat ini berdiri dalam mendorong pemerintahan Presiden Jokowi-Makruf Amin.
Koalisi Indonesia Maju (KIM) sebagai sebuah keberlanjutan dan estafet kepemimpinan Presiden hari ini, apakah akan memberikan dampak kemenangan bagi Koalisi gemuk tersebut ? Dan bagaimana reaksi dari PDI Perjuangan yang saat ini sedang berkuasa dan menjadikan Jokowi sebagai seorang Presiden dua Periode.?.
Apakah koalisi Duplikat itu, memberikan efek yang menguntungkan bagi Koalisi Gerindra dan Prabowo Subianto ?
Inilah yang kemudian menjadikan koalisi Gemuk Prabowo memunculkan friksi yang cukup berlebihan, pasalnya Jokowi sebagai presiden sekaligus kepala pemerintahan, dikesankan totalitas mendukung pencapresan Prabowo Subianto.
Sementara Jokowi sendiri merupakan petugas Partai PDI Perjuangan yang saat ini sedang getol memperjuangkan Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden.
Efek Koalisi Duplikat terhadap Keberlanjutan Program Presiden Jokowi
Agitasi Lebel yang di sematkan terhadap koalisi gemuk yang di nahkodai oleh partai Gerindra tersebut tentu membuat friksi baru.
Penamaan Koalisi Indonesia Maju (KIM) tanpa melibatkan Muhaimin Iskandar atau akrab disapa cak Imin sebagai Nahkoda Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), terkesan ada hal aneh dan ajaib di tubuh koalisi.
Apakah koalisi tersebut benar-benar solid ? Atau bisa saja dari salah satu partai bisa hengkang dari koalisi yang baru di namai dengan Koalisi Indonesia Maju tersebut.
Meski begitu Cak Imin tidak mempersoalkan pergantian nama tersebut yang merupakan duplikasi dari koalisi yang dibangun oleh PDI Perjuangan dan Presiden Jokowi.
Berkaitan dengan duplikat nama koalisi ditubuh partai politik yang sedang mendukung Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden itu, jelas akan ada efek terhadap proses dan keberlanjutan dari koalisi yang sudah terbangun.
Dilansir dari laman detikNews.com, Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menilai " harus hati-hati dengan efek negatifnya bagi koalisi Prabowo. Karena di kalangan publik mulai muncul kesan PDIP dan Ganjar (capres PDIP) didzalimi dengan akuisisi Jokowi yang sangat berlebihan ini. Apalagi PDIP dan Ganjar reaksinya datar saja meski Jokowi terkesan diklaim lebih condong ke Prabowo," ucapnya.
Sebagai Presiden sekaligus kepala Pemerintahan, Jokowi jelas memiliki kedekatan dengan siapa saja, apalagi dengan para menteri yang menjadi kabinet di bawahnya.
Kedekatan Jokowi dengan Prabowo sebagai Menhan, Dengan Erick Thohir sebagai menteri BUMN, dengan Sandiaga Uno sebagai Menparekraf, dan juga kedekatan Jokowi dengan Megawati Soekarno Putri dan Ganjar Pranowo yang sama-sama bernaung di satu partai.
Presiden Jokowi yang diklaim cukup jauh dalam lingkaran Prabowo dan Gerindra tentu akan membuat friksi dan tensi politik kian memanas, apalagi adanya duplikasi nama yang tentu menyeret nama Jokowi sebagai Presiden akan memunculkan kesemburuan sosial dan politik.
Itulah beberapa hal efek negatif yang bisa mempengaruhi Koalisi Prabowo, Gerindra dan PKB.
Dengan demikian duplikasi nama itu, hanya akan memberikan efek negatif dalam proses dan percaturan politik menjelang pemilu tahun 2024.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI