"Kemarau yang diperkirakan memakan waktu yang cukup lama, sangat berpotensi akan kekeringan dan kekurangan air bersih, disamping itu pula potensi kebakaran hutan juga menjadi perhatian yang serius oleh pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat"
Potensi kekeringan dan kehabisan air bersih ini sudah mulai terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.
Sebagai contoh wilayah yang sudah kekeringan dan sudah terjadi saat ini adalah adalah daerah Papua Tengah, Distrik Lambewi dan Distrik Agandugume, Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
Kekeringan yang terjadi di daerah Papua itu bahkan sampai menelan korban karena kehabisan air bersih dan kelaparan, tentu saja kasus tersebut cukup disayangkan kerena sampai menelan korban.
Dikutip dari laman kompas.com, sudah ada enam korban yang meninggal dunia akibat kekeringan di Papua Tengah yang kehabisan air bersih dan kelaparan.
Enam orang yang meninggal dunia itu adalah Yenis Telenggen (38), Yemina Murib (42), Ater Tabuni (46), Tenus Murib (46), Tera Murib (39), dan bayi bernama Ila Telenggen.
Korban yang meninggal dunia akibat kekeringan yakni lemes, diare, panas dalam atau sariawan dan sakit kepala.
Kasus kekeringan yang terjadi di Papua Tengah itu tidak hanya warganya saja yang menjadi korban, namun tanaman pun juga gagal panen.
Situasi ini memang kerap terjadi diwilayah timur di Indonesia, sehingga kesigapan dan antisipasi untuk menangani kekeringan akibat kemarau yang cukup panjang ini, bisa menjadi malapetaka tersendiri bagi rakyat yang ada di daerah timur.
Musim kemarau tidak hanya berpotensi kekeringan saja, namun juga kebakaran yang juga perlu untuk di antisipasiÂ
Studi kasus yang terjadi di Papua Tengah itu harus menjadi perhatian serius, terutama oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Kasus masyarakat yang kehabisan air bersih dan kekeringan itu hingga menewaskan sebanyak enam orang, menjadi bahan evaluasi atas penanggalulangan bencana sedini mungkin.
Masyarakat yang haus dan kelaparan akibat kekeringan, yang semestinya tidak terjadi, justru menjadi malapetaka tersendiri, karena walau bagaimanapun masyarakat Papua Tengah itu sama juga rakyat Indonesia yang perlu untuk di perhatikan secara serius.
Memang tidak bisa di pungkiri secara geografis, daerah tersebut situasi dan kondisinya memang lebih panas, bila dibandingkan dengan daerah di Jawa.
Sehingga perhatian yang lebih serius untuk menanggulangi hal yang serupa lebih bisa di antisipasi sedini mungkin.
Disamping kekeringan yang melanda, potensi terjadinya kebakaran juga cukup besar, sehingga bisa menciptakan polusi yang membuat masyarakat akan sesak nafas.
Daerah yang rawan kekeringan dan mudahnya terjadi kebakaran, sudah harus terpetakan dengan baik.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di masing-masing daerah di Indonesia, tentu harus sigap dengan situasi dan kondisi yang memiliki tingkat kerawanan akan kekeringan dan terjadinya kebakaran.
Secara Geografis BNPB tentu sudah memiliki peta mengenai daerah yang rawan akan kekeringan dan kebakaran.
Bila musim kemarau datang, tidak hanya Papua Tengah saja yang rentan akan kekeringan dan kehabisan air bersih serta gagalnya tanaman.
Dindaerah lain pun juga masih banyak daerah yang rawan kekeringan dan kehabisan air bersih, sehingga menjadi penting memetakan daerah-daerah rawan kekeringan dan daerah yang rentan akan kebakaran.
Daerah yang rentan kebakaran, kerap terjadi di daerah Sumatera, karena tanahnya yang gambut, sehingga hal-hal yang bisa menyebabkan malapetaka itu sudah harus mulai di antisipasi sedini mungkin, sehingga jika terjadi percikan-percikan api yang bisa meluas, bisa segera tertangani dengan baik.
Bahwasanya dua hal tersebut kerap terjadi pada musim kemarau, yakni kerawanan akan kekeringan dan kerawanan akan kebakaran.
Dengan demikian kasus yang terjadi di Papua Tengah menjadi evaluasi tersendiri bagi pemerintah, agar supaya tidak terjadi lagi korban yang serupa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H