Dentang waktu yang menderu
Kala tetesan darah dan cucuran air mata dalam segenap perjuangan untuk merebut kembali bangsa yang sudah lama terjajah.
Bulan kemerdekaan itu sudah lebih dari setengah abad lamanyaÂ
Sudahkah kita merdeka dengan seutuhnya ?
Atau merdeka dengan kepura-puraan saja
Dentuman kata merdeka hanyalah sebuah simbol akan kekuasaan hasil merebut dari tangan-tangan kolonialisme..
Sudahkah kita merdeka ?
Atau kita hanya mendengar kata merdeka untuk menyenangkan hati supaya air mata itu tidak lagi tumpah ke tanah ibu Pertiwi...
Bulan kemerdekaan, yang sejatinya hanya sebagai momen peringatan..
Bahwa bangsa yang besar ini mendeklarasikan diri sebagai bangsa yang merdeka pada bulan ini..
Akan tetapi kita masih memiliki jalan panjang nan jauh untuk menjadi merdeka yang seutuhnya..
Kita masih belum merdeka secara ekonomi, kita masih belum merdeka dari kapitalisasi dan oligarki, kita belum sepenuhnya merdeka..
Penindasan dan kriminalisasi masih saja menjadi tontonan yang mengharukan..
Orang kecil hanya bisa menengadah dan berpasrah diri...
Sebab kemerdekaan itu masih cukup jauh di ujung persimpangan jalan..
Ibu Pertiwi menangis...
The founding father bersedih, karena anak cucunya masih saling bertikai merebut kursi harapan..
Bulan kemerdekaan
Semoga segera menjadi kenyataan yang sesungguhnya, bulan merdeka dengan kepura-puraan saja..
Sudahkah kita merdeka dengan sepenuhnya ..?
Sebuah ironi dalam tirai kemerdekaan yang tercengkram oleh kekuatan besar untuk membuat wajah negeri kita kembali diporak-porandakan untuk kembali menjajah kekayaan bangsa ini..
Tragis memang..
Namun apa boleh buat, kita hanya rakyat biasa yang tida memiliki kuasa atas negeri ini..
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI