Tetapi publik membaca ada keretakan kepentingan yang berusaha untuk tidak ditampakkan ke publik, tetapi sunyal-sinyal sudah cukup nampak sejak awal.
Dimana Menhan Prabowo dengan partai Gerindra juga dirangkul oleh presiden Jokowi untuk bersama-sama membangun Negeri.
Dari situlah sebenarnya perbedaan kepentingan antara NasDem dengan keputusan Presiden Jokowi yang merangkul partai Gerindra masuk dalam koalisi Indonesia Maju.
Surya Paloh dengan Partai NasDem bukan tanpa dasar mencapreskan Anies Baswedan yang dianggap sebagai kandidat yang pas untuk diusung oleh Surya Paloh dan Partai NasDem.
Deklarasi Pencapresan Anies Baswedan ini memang kerap diserang habis-habisan, bahkan para buzzer yang tidak suka terhadap Anies dan NasDem sekalipun mengalami penurunan pada aspek elektabilitas partai.
Posisi yang cukup dilematis bagi seorang king maker Surya Paloh, yang telah menetapkan Anies Baswedan sebagai Capres NasDem, namun disisi yang lain Surya Paloh mengklaim masih berada di satu jalur berkomitmen dan mendukung pemerintahan presiden Jokowi.
Mungkinkah NasDem akan dikeluarkan dari Koalisi Indonesia Maju oleh Presiden Jokowi ?
Bicara kemungkinan, sangat mungkin dikeluarkan dari Koalisi Indonesia Maju, karena Presiden Jokowi memiliki hak preogatif untuk meresufle kabinetnya yang merupakan bagian dari kader partai.
Semakin memanasnya suhu politik dan ditambah dengan isu Keretakan hubungan Surya Paloh sebagai ketua Umum NasDem dengan Presiden Jokowi masih memunculkan beragam penafsiran.
Karena memang tidaklah mudah baik bagi Surya Paloh dan partai NasDem yang masih berkomitmen dengan Koalisi Indonesia Maju, atau pun bagi presiden Jokowi yang memiliki palu hak preogatif.
Jika pun presiden Jokowi hendak mengeluarkan NasDem sebagai bagian dari koalisi pemerintahan, juga masih butuh pertimbangan yang tajam dan matang, sebab NasDem sedari awal sudah mendukung presiden Jokowi.