"Kebijakan mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim yang hendak menerapkan baju adat sebagai bagian dari seragam sekolah mendapat tanggapan dan sorotan dari masyarakat, pasalnya baju adat yang hendak dijadikan baju seragam sekolah itu memiliki corak dan ciri khas masing-masing sesuai dengan daerahnya"
Ada 3 model seragam sekolah mulai dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas yang akan diberlakukan oleh mendikbudristek.
Ditingkat sekolah dasar seragam Putih dan bawahan merah hati, untuk sekolah menengah pertama Putih dan bawahan biru tua, serta sekolah menengah atas Putih dengan bawahan abu-abu.
Disamping itu pula ada seragam cokelat atau seragam pramuka yang untuk semua jenjang. Seragam putih dan Pramuka itu memang sudah seragam yang menjadi kewajiban untuk dipakai oleh anak-anak yang hendak ke sekolah.
Sementara model yang ketiga inilah yang menjadi sorotan dan berbagai tanggapan oleh masyarakat yakni penerapan baju adat sebagai bagian dari seragam sekolah. Pro dan kontra serta kritik atas kebijakan mendikbudristek menjadi bahan evaluasi terhadap penerapan baju adat disekolah.
Tak lupa pula banyak masyarakat yang juga senang atas kebijakan mas Menteri ini, sebab dengan baju adat dihari tertentu untuk dipakai disekolah menunjukkan rasa cinta atas budaya yang berkembang ditengah masyarakat, dan tentunya hal tersebut menjadi bagian tak terpisahkan dari kurikulum merdeka.
Sebagai salah satu contoh penerapan baju adat yang menjadi favorit dan disenangi oleh masyarakat, khususnya masyarakat Madura yakni pemakaian baju adat Pendekar Sakera dan Marlena yang menjadi ciri khas bagi orang Madura dimanapun berada.
Seragam sekolah dengan baju adat Sakera
Bagian dari variasi dan ekspresi untuk lebih dekat dan mengenal sebuah adat dan budaya suatu daerah dengan cara memakai baju adat sebagai seragam sekolah.
Setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri mengenai baju adat ini, sehingga dengan kebijakan menerapkan pemakaian baju adat disekolah menjadi unsur penting untuk mengenalkan adat dan budaya daerahnya bagi anak-anak.
Penerapan pemakaian baju adat untuk sekolah ini secara tidak langsung sebagai sebuah proses pembelajaran yang harus diapresiasi, sebab anak-anak bisa belajar langsung mengenai adat dan budaya di daerahnya, dan pastinya harus tetap dikawal dan dibimbing oleh gurunya.
Mengenalkan baju adat sebagai bagian dari proses belajar sejarah mengenai peristiwa yang telah terjadi dimasa lampau, sehingga hal tersebut menjadi harapan kita bersama bahwa anak-anak dengan memakai baju adat sebagai seragam sekolah akan menumbuhkan rasa senang, cinta dan bangga atas budaya didaerahnya masing-masing.
Begitu pula bagi warga Madura pemakaian baju adat sebagai seragam sekolah disambut positif, yakni pakaian baju adat Sakera yang sudah mulai diterapkan di kabupaten Bangkalan.
Sakera dan Marlena merupakan dua sosok pemberani yang bertarung mengusir penjajah Belanda di daerah Madura, sehingga pakaian Sakera dan Marlena ini dijadikan  sebagai Busana Adat yang sudah Menasional.
Baju Sakera yang Gagah dan Busana Marlena yang Anggun
Pakaian Adat Sakera untuk para siswa dan busana Marlena untuk para siswi yang sudah mulai diterapkan disekolah sebagai seragam baju adat.
Kedua busana Sakera dan Marlena itu tampak gagah dan anggun, sehingga nampak aura pendekar yang pemberani sudah mulai akrab dengan anak-anak di sekolah sebagai sebuah proses pembelajaran.
Baju Sakera dengan ciri khas Kaos berwarna merah dan putih, bawahan hitam dan luarannya juga hitam, Serta ikat kepala sebagai baju adat seragam sekolah menjadi variasi dan ekspresi kebanggaan bagi suatu daerah tersebut, khususnya warga Madura.
Begitu pula dengan Busana Marlena yang Anggun, sebagai perempuan tangguh juga sudah mulai dipakai oleh para siswi sebagai busana kebanggaan dan dijadikan sebagai seragam adat yang sudah mulai diterapkan disekolah, khususnya di daerah kabupaten Sampang dan Bangkalan.
Dengan demikian pemakaian baju adat disekolah sebagai proses dan bagian pembelajaran sejarah mengenai adat dan budaya masing-masing daerah, sehingga anak-anak akan lebih mencintai adat dan budayanya masing-masing yang memang dilestarikan secara turun temurun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H