Sedikit demi sedikit suporter semakin banyak turun kelapangan, atas reaksi para suporter itu pihak aparat keamanan turun tangan dan mengusir para suporter untuk kembali ke tribun, namun perlakuan aparat yang cenderung anarkisme dan impresif membuat para suporter kemarahannya meledak dan ada yang melawan aparat, hingga terjadi korban yang meninggal dunia ditengah lapangan, hal tersebut membuat semakin geram para suporter, dan polisi yang kalah personel itu lantas tembakkan gas air mata hingga membuat kepanikan para suporter yang ada di Tribune, dan berujung maut hingga menelan ratusan nyawa para suporter Aremania.
Tembakan gas air mata itulah yang memicu kepanikan hingga terjadi desakan yang hebat, disamping Gas air mata yang memang membuat sesak nafas hingga kematian itu menjemput.
Belum ada satupun yang menjadi tersangka atas hilangnya ratusan nyawa suporter Aremania, yang sudah sangat jelas adanya dugaan pelanggaran HAM berat atas tragedi tersebut, dan Polisi yang menembakkan Gas air mata juga masih dalam proses penyelidikan dan pendalaman atas tragedi yang mematikan tersebut.
Dikutip dari laman tempo.co, Rekomendasi itu dilakukan setelah sebelumnya usulan Polres Malang untuk memajukan jadwal pertandingan ditolak oleh PT Liga Indonesia Baru. Dalam surat yang ditanda tangani oleh Direktur Utama Akhmad Hadian Lukita tertulis bahwa jadwal pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya tetap seperti semula, yaitu pada pukul 20.00 WIB. Keputusan itu dibuat berdasarakan rapat koordinasi PT LIB dengan PSSI dan pihak televisi pemegang hak siar.
Siapa Yang paling bertanggung Jawab Atas Tragedi Berdarah Kanjuruhan ?
Benarkah ada unsur pembantaian dengan berkedok keamanan ? Lantas aparat keamanan itu secara membabi buta tembakkan gas air mata hingga membuat kepanikan para suporter yang ada di Tribune.
Menonton permainan sepakbola yang sejatinya sebagai hiburan dan mendukung tim kesayangan, justru berbalik bagai di Neraka, kepanikan yang menewaskan ratusan nyawa sebagai monumen Kematian pada 01/10/22 di stadion Kanjuruhan.
Pasca Tragedi Kanjuruhan tersebut pihak pemerintah dengan sigap membentuk tim pencari fakta, yang pada intinya terjadi kelalaian yang tidak antisipatif mulai dari proses penyelenggaraan, pembatasan jumlah penonton, larangan membawa senjata api, serta larangan adanha gas air mata yang sudah di atur oleh FIFA.
Tetapi hal-hal yang sudah dilarang itu, lantas mengapa masih dilakukan, dengan dalih menjaga ketertiban dan keamanan, hingga para suporter yang berhamburan menghindari tembakan gas air mata itu, berupaya menyelamatkan diri sehingga terjadi desakan yang mana dahsyat, dan banyak suporter harus meregang nyawa akibat sesak nafas dan terinjak-injak oleh suporter lainnya.
Tragedi berdarah Kanjuruhan itu harus di usut dan di evaluasi sampai tuntas, sebab nyawa jauh lebih berharga dari sekedar permainan sepakbola.