Artinya bukan lagi penghematan yang didapat, justru pembengkakan. Jika uji coba itu gagal, bukan penghematan yang didapat, maka kompor Gas masih menjadi solusinya, lantas bagaimana jika Gas menuai kelangkaan, tentu akan kembali pada situasi dan kondisi yang konvensional, yakni memasak dengan kayu.
Memasak dengan kayu adalah penghematan yang sesungguhnya, hanya saja pada konstek waktu akan lebih banyak pekerjaannya, sehingga membuat kurang efektif pada segi waktu itu sendiri.
Program Kompor Listrik Harus mampu mendongkrak Kesejahteraan RakyatÂ
Kebijakan yang cukup inovatif, jika uji coba kompor listrik ini berhasil menghemat, dan mampu mendongkrak Kesejahteraan rakyat.
Dengan kompor listrik memang diharapakan tidak hanya dibutuhkan untuk keperluan rumah tangga saja, namun pada aspek peningkatan UMKM dibidang kuliner juga harus mendongkrak terhadap ekonomi dan kesejahteraan rakyat.
Sirkulasi inilah yang kemudian harus betul-betul di hitung dan dipertimbangkan, sebab sistem pemakaiannya terbilang hemat atau justru membengkak?
Upaya pemerintah dengan kompor listrik disamping sebagai upaya efektifitas, juga ada nilai yang mampu membuat ekonomi rakyat semakin berkembang, bukan justru malah sebaliknya, sehingga konsteknya saat ini masih menjadi debatable mengenai rencana konversi gas 3 Kg pada kompor listrik.
Dengan demikian konversi Kompor Gas ke Kompor Listrik harus mampu meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, sehingga pada aspek pengeluaran akan lebih bisa ditekan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H