"Kasus kekerasan baik secara fisik maupun mental masih kerap terjadi, sehingga para orang tua harus lebih teliti lagi terhadap putra/Putri kita semua agar supaya terhindar dari kekerasan yang bisa menghancurkan mentalitas mereka"
Peristiwa yang terjadi pada anak masih terus bertambah, predator terhadap anak dibawah umur masih kerap terjadi, sehingga Komnas Perlindungan anak harus memberikan pemahaman yang signifikan terhadap orang tua, Supaya putra/putrinya terlindungi dari kekerasan baik fisik maupun mental.
Baru-baru ini pemerkosaan terhadap anak berisial P (13) menjadi korban pemerkosaan oleh empat anak dibawah umur dikawasan hutan kota, Jakarta Utara. Peristiwa tersebut sontak membuat Korban dan Pelaku yang sama-sama dibawah umur, membuat kita semua harus geleng-geleng kepala, pasalnya anak dibawah umur sudah menjadi predator yang memperkosa anak yang umurnya jauh dibawahnya sedikit saja.
Dikutip dari laman kompas.com, Remaja berinisial P (13) menjadi korban pemerkosaan oleh empat anak di bawah umur di kawasan hutan kota, Jakarta Utara.
R mengaku bahwa adiknya yang dahulu ceria menjadi lebih banyak melamun setelah diperkosa oleh empat pelaku di bawah umur pada Kamis (1/9/2022) lalu.
R dihadirkan dalam jumpa pers di Polres Metro Jakarta Utara ditemani Hotman Paris selaku pendamping keluarga korban, Ketua Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait, serta Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi.
Soal pemerkosaan tersebut masuk dalam kategori kejahatan yang cukup serius, sebab bukan soal fisik saja yang dilecehkan, namun sangat berdampak pada aspek kejiwaan korban, sehingga pelaku yang juga masuk kategori anak di awan umur juga harus mendapatkan sanksi yang setimpal, sehingga menjadi pelajaran bagi seluruh anak di Indonesia bahwa yang namanya kekerasan. Baik fisik maupun mental tidak bisa dibiarkan begitu saja.
Jaga dan Lindungi Anak-anak kita dari Predator yang siap memangsaÂ
Kejahatan bisa terjadi bukan hanya karena ada faktor kesempatan saja, namun didalamnya ada unsur niat dan perencanaan yang kuat, sehingga tindak kejahatan yang demikian bisa terjadi pada siapa saja, terutama anak-anak dibawah umur.
Kasus pemerkosaan tidak hanya terjadi pada anak perempuan saja, anak laki-laki dibawah umur pun bisa menjadi korban atau pelaku karena sudah ada niat dan kesempatan untuk melakukan tindak kejahatan tersebut.
Peristiwa yang terjadi pada P (13) diatas bukan persoalan yang remeh temeh, tetapi hal itu masuk pada problem yang serius, sehingga para pihak harus melakukan kerjasama untuk mengembalikan situasi dan kondisi seperti sedia kala.
Pelaku yang juga masih dibawah umur, juga harus dijerat dengan sanksi yang berlaku sehingga mendapatkan efek jera atas tindak kejahatannya.
Begitu pun dengan anak yang menjadi korban, secara psikologis, mentalitas anak jatuh tersungkur, sehingga pihak keluarga maupun Komnas perlindungan anak harus mampu memberikan solusi atas peristiwa tindak kejahatan yang telah merampas masa depan anak itu sendiri.
Komnas Perlindungan anak harus lebih gencar lagi mensosialisasikan konsep perlindungan terhadap anak, mulai dari tingkat kekerasan secara fisik sampai pada kekerasan yang menyentuh areal kejiwaan anak, sehingga anak yang menjadi korban tindak pelecehan itu, sedikit demi sedikit akan pulih atas trauma yang sedang dialaminya.
Moralitas dan Pendidikan agama bagi anak sebagai Sumber dalam berpikir maupun bertindakÂ
Era modernisasi dengan ditandai canggihnya tekhnologi, kerap membuat perilaku dan moralitas anak sulit terkendali. Pengaruh budaya yang tersebar menjadi konten dan dilihat oleh anak, ada kecenderungan untuk ditiru, sehingga tidak heran pengaruh konten-konten negatif yang ada di smartphone, bisa menjadi hal yang diaplikasikan oleh anak dalam dunia nyata.
Anak-anak kita tidak hanya bisa menjadi seorang pelaku, juga bisa menjadi korban atas tindakan negatif yang dihasilkan dari apa yang mereka lihat dan dengar, sehingga membutuhkan objek untuk melakukan eksperimen didunia nyata.
Pentingnya pendidikan moralitas dan pendidikan agama pada anak, sebagai upaya untuk menekan tingkat kejahatan yang dihasilkan dari pola pikir yang diaplikasikan dalam sebuah tindakan.
Yang pasti ketika ada tindak kejahatan tentu ada objek yang akan menjadi korban, dan itu berlaku bagi seluruh anak-anak kita di seluruh Indonesia.
Disinilah peran pendidikan dengan berbagai bidang keilmuan, terutama dalam konstek keagamaan yang harus menjadi dasar atas pola pikir yang sangat berpengaruh terhadap setiap tindakan.
Sehingga peristiwa yang terjadi di kawasan hutan kota Jakarta Utara tersebut menjadi sebuah pelajaran berharga bagi kita semua, bahwa anak-anak harus mendapatkan perlindungan atas terjadinya kekerasan baik secara fisik maupun secara mental.
Dengan demikian pendidikan moralitas harus lebih ditingkatkan sebagai pola dasar untuk berpikir dan bertindak, sehingga anak-anak secara individualistik memiliki kontrol yang lebih kuat bagi dirinya sendiri.
Masa Depan Anak-Anak adalah tanggung jawab kita bersamaÂ
Apapun profesi kita, tentu kita dituntut untuk bisa mendidik, membimbing dan mengarahkan anak ke jalan yang lebih baik, sebab anak-anak adalah calon generasi yang hendak melanjutkan kehidupan kita nantinya.
Pendidik, masyarakat, dan pemerintahan adalah satu kesatuan komponen yang harus ikut serta menjaga dan melindungi anak-anak dari predator yang bisa memangsa anak lainnya yang lebih lemah untuk menjadi korban santapan mereka.
Tentu peristiwa yang demikian tidaklah kita hendaki, karena tidak hanya menciderai secara fisik, namun secara psikologis menjadi trauma yang berkepanjangan.
Hal itulah yang menyebabkan rusaknya masa depan anak, sebagai calon generasi dimasa yang akan datang, sehingga menjadi sangat penting bagi para pihak untuk membimbing, mengayomi, dan melindungi anak-anak dari tingkat kejahatan baik fisik maupun mental, sehingga peristiwa serupa tidak kembali terjadi.
Dengan demikian seluruh komponen, baik pendidik, guru, orang tua, maupun pemerintah harus bisa memberikan rasa aman, nyaman, bagi tumbuh kembang anak, sehingga masa depan anak-anak lebih cerah lagi dimasa yang akan datang, sebab mereka adalah calon generasi yang hendak melanjutkan hidup dan kehidupan didunia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H