"Aku adalah binatang jalang, dari kumpulan orang yang terbuang. Jika sampai waktuku ku mau tak seorang pun kan merayu, tidak juga Kau..."Chairil Anwar
Sosok Chairil Anwar sebagai seorang penyair terkemuka di Indonesia dengan karya-karyanya yang fenomenal memberikan warna tersendiri bagi perkembangan sastra Indonesia.
Chairil Anwar lahir, di Medan, Sumatra Utara, pada pada 26 Juli 1922, dan meninggal dunia 19 April 1949, dengan tentang umur masih relatif muda yakni 26 tahun.
Meski dalam penggalan bait sastranya, Chairil Menuliskan keinginannya untuk hidup seribu tahun lagi, itu pun seperti membius perkembangan sastra Indonesia melalui karya-karyanya.
Jejak langkah perjalanan hidup Chairil Anwar yang lahir dan sekolah Di Medan pada waktu itu yang hanya mengenyam Sekolah Dasar, dan sampai di kelas 1 SMP, yang akhirnya harus ikut orang tuanya ke Batavia (Jakarta).
Menapaki 100 tahun Chairil Anwar dalam dunia kesusastraan Indonesia, masih memiliki pengaruh yang cukup kuat melalui sajak-sajaknya.
Bahkan sampai detik ini, puisi-puisi karya Chairil Anwar masih kerap di jadikan bahan rujukan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Chairil Anwar Dalam Bingkai Monumen Kesusastraan Indonesia
Chairil Anwar di Nobatkan sebagai tokoh sastrawan atau penyair Indonesia modern angkatan 45, tidak lepas dari perjalanan hidupnya yang panjang dan berliku.
Judul puisi "AkU" merupakan karya fenomenal yang kerap masih dibacakan oleh generasi penerusnya sampai detik ini.
Jika ingat Chairil Anwar, maka tidak lepas dari sajak dan puisi yang menggugah hati para pembacanya.
Ketekunan Chairil Anwar menyusun kalimat demi kalimat dalam bingkai sajak dan puisi, memberi dampak dan warna tersendiri bagi perkembangan sastra Indonesia.
Disamping itu pula Chairil Anwar yang juga di nobatkan sebagai tokoh dan pahlawan revolusioner, karena tidak lepas dari peran dan konstribusinya bagi kemajuan negeri ini melalui sajak dan puisinya.
Chairil Anwar adalah pemberontak atas kekejian dan kelaliman para penjajah Belanda, bahkan dalam salah satu bait puisinya yang berjudul "AKU" ia mengakatan "Aku adalah binatang jalang dari kumpulan yang terbuang" mengisyaratkan adanya gejolak dan pertentangan batin dalam dirinya.
Chairil Anwar Lahir dimasa Penjajahan Hindia Belanda
Lahir di Medan dalam situasi dan kondisi yang teramat sulit bagi seorang Chairil Anwar, dimana agresi dan gempuran penjajah Hindia Belanda masih terus melakukan penindasan dan kekejian.
Terjadi pergolakan batin bagi seorang Chairil Anwar, sehingga sajak dan puisinya tidak pernah lepas dari situasi dan kondisi batin yang dipengaruhi oleh fakta-fakta empirik yang melatarbelakanginya.
Meski pendidikan Chairil Anwar tidak sampai pada perguruan tinggi, ia lebih banyak belajar secara otodidak mengenai kesusastraan melalui buku-buku yang ia pelajari.
Lahirnya sajak-sajak gubahan Chairil Anwar ini menjadi refrensi dan perkembangan sastra Indonesia hingga sampai saat ini.
Disinilah Chairil Anwar di Nobatkan sebagai tokoh sekaligus pahlawan Revolusioner, dalam bidang kesusastraan Indonesia, sehingga dengan karyanya harapan Chairil Anwar untuk hidup 1000 tahun lagi, menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H