Jika ingat Chairil Anwar, maka tidak lepas dari sajak dan puisi yang menggugah hati para pembacanya.
Ketekunan Chairil Anwar menyusun kalimat demi kalimat dalam bingkai sajak dan puisi, memberi dampak dan warna tersendiri bagi perkembangan sastra Indonesia.
Disamping itu pula Chairil Anwar yang juga di nobatkan sebagai tokoh dan pahlawan revolusioner, karena tidak lepas dari peran dan konstribusinya bagi kemajuan negeri ini melalui sajak dan puisinya.
Chairil Anwar adalah pemberontak atas kekejian dan kelaliman para penjajah Belanda, bahkan dalam salah satu bait puisinya yang berjudul "AKU" ia mengakatan "Aku adalah binatang jalang dari kumpulan yang terbuang" mengisyaratkan adanya gejolak dan pertentangan batin dalam dirinya.
Chairil Anwar Lahir dimasa Penjajahan Hindia Belanda
Lahir di Medan dalam situasi dan kondisi yang teramat sulit bagi seorang Chairil Anwar, dimana agresi dan gempuran penjajah Hindia Belanda masih terus melakukan penindasan dan kekejian.
Terjadi pergolakan batin bagi seorang Chairil Anwar, sehingga sajak dan puisinya tidak pernah lepas dari situasi dan kondisi batin yang dipengaruhi oleh fakta-fakta empirik yang melatarbelakanginya.
Meski pendidikan Chairil Anwar tidak sampai pada perguruan tinggi, ia lebih banyak belajar secara otodidak mengenai kesusastraan melalui buku-buku yang ia pelajari.
Lahirnya sajak-sajak gubahan Chairil Anwar ini menjadi refrensi dan perkembangan sastra Indonesia hingga sampai saat ini.
Disinilah Chairil Anwar di Nobatkan sebagai tokoh sekaligus pahlawan Revolusioner, dalam bidang kesusastraan Indonesia, sehingga dengan karyanya harapan Chairil Anwar untuk hidup 1000 tahun lagi, menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H