Orang tua mana yang tidak hancur hatinya, melihat perubahan perilaku pada sang buah hati, disebabkan adanya persoalan yang dibawa pulang dari sekolah maupun tempat bermain.
Apalagi perilaku anak yang berubah secara drastis, bahkan psikisnya sampai terganggu, sebab ada perlakuan yang sudah diluar nalar.
Para orang tua menitipkan, atau mendaftarkan putra/putrinya pada suatu lembaga pendidikan yang sudah di anggap kredible dengan biaya yang tidak sedikit, tentunya sangat berharap putra/putrinya menjadi anak yang berpengetahuan, bukan menjadi anak yang dijadikan bahan bullyan.
Baca Juga :Â Harus Berjiwa besar bagi seorang ibu, menangani anak berkebutuhan khusus
Mungkin saja kasus bullying ini yang tampil di media sosial dan menjadi pemberitaan hanya sebagian daerah saja, sementara yang tidak terungkap atas kasus-kasus bulying, kekerasan pada anak, serta pelecehan terhadap anak ini masih kerap terjadi.
Sudah saatnya hal-hal negatif yang akan membuat mental anak jatuh apalagi sampai anak mengalami depresi sudah harus ditangani sebaik mungkin, baik oleh orang tua maupun oleh seorang pendidik.
Karena pada hakekatnya penyelenggara pendidikan memiliki harapan yang sangat besar, bahwa peserta didik yang berproses di sekolah memiliki perubahan kearah yang baik dan positif.
Perubahan anak didik pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya bisa terlihat secara nyata didepan mata kita, bukan malah mentalnya yang jatuh tersungkur dihadapan kita.
Sekolah adalah kawah candradimuka penghasil insan berkualitasÂ
Pada tahun ajaran baru 2022/2023 mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim, dengan komitmen dan kebijakannya untuk mengimpelementasikan kurikulum merdeka, sebagai penyempurna dari kurikulum sebelumnya, diharapakan mampu menjembatani banyaknya ketertinggalan pelajaran pasca pandemi covid 19 berlangsung.
Dengan kurikulum merdeka yang sejatinya memberikan ruang ekspresi yang lebih baik untuk guru maupun peserta didik, harus betul-betul mampu termanfaatkan dengan baik.