"Menggalakkan investasi hijau saat ini, tidak hanya sekedar pemulihan ekonomi saja, namun lebih dari itu sebagai bentuk keseimbangan alam atas meningkatnya emisi karbon dunia yang saat ini sudah mulai tidak berimbang"Â
Tentu saja gerakan ini bisa dimulai dari diri kita sendiri, dengan bertindak mulai dari skala mikro sampai pada skala makro.
Sebagai seorang yang bersifat personal, kita harus menyadari betul betapa dunia saat ini sudah dalam situasi dan kondisi yang mulai tidak berimbang, pasalnya proses pemerataan dan pengerukan gumuk, bahkan gunung sebagai paku bumi, sedikit demi sedikit mulai tergerus dan menjadi ladang yang bisa diperjual belikan dengan harga mahal.
Begitu pula dengan pohon-pohon besar yang juga mulai banyak ditebangi digunungbdan hutan-hutan yang mulai menyempit, merupakan faktor terjadinya ketidakseimbangan dalam hidup dan kehidupan ini.
Sebagai bagian dari masyarakat yang hidup di daerah pinggiran, jelas merasa adanya ketidakseimbangan bumi ini sudah sangat mengkhawatirkan, sebab gunung dan hutan yang sudah mulai botak, bisa menyebabkan terjadinya longsor dan banjir, sehingga pada akhirnya akan menjadi musibah bagi diri kita sendiri, tentu saja hal tersebut tidak kita inginkan.
Bagaimana seharusnya gerakan investasi hijau ini terus di galakkan, tidak hanya sebagai seorang pribadi, namun juga secara kolektif, begitu pula dengan pemerintah yang saat ini di masa dan proses pemulihan ekonomi dan pemulihan yang lebih sehat dan kuat menjadi suatu prioritas yang harus benar-benar digalakkan, sehingga tidak hanya berdampak baik bagi negara kita sendiri, namun juga berdampak baik pada alam semesta.
Melakukan investasi hijau di mulai dari diri kita sendiri
Mengapa penting untuk melakukan investasi hijau ? Tentu apa yang hendak kita lakukan, tidak hanya untuk diri kita sendiri atau kesadaran diri kita, namun lebih jauh lagi untuk anak cucu kita.
Kesadaran untuk melakukan investasi hijau ini tidak hanya bisa dilakukan oleh kita sendiri, namun bagi seluruh masyarakat juga harus memiliki kesadaran yang sama, sebab tanpa adanya keseimbangan alam dengan melakukan investasi hijau, pastinya akan berdampak pada kejadian yang tidak pernah kita inginkan.
Kesadaran tersebut harus tertanam dalam diri kita sendiri dan masyarakat bisa berinvestasi hijau, semisal dengan konsep satu rumah satu pohon ini juga bisa digalakkan untuk menekan peningkatan emisi dan karbon, sehingga pada tahun 2045 - 2050, Indonesia sudah bebas dari emisi, ekonomi nasional juga pulih, dan krisis pangan bisa ditekan sedemikian rupa.
Peran pemerintah dalam upaya pemulihan ekonomi NasionalÂ
Indonesia sebagai tuan rumah dari prisidensi G20 yang menggandeng Bang Indonesia, pada dasarnya berupaya untuk memulihkan ekonomi Nasional pasca pandemi covid 19.
Upaya pemerintah ini jelas dilakukan di berbagai sektor, mulai dari sektor, energi, digitalisasi, industri, stabilitas pangan, ketersedian bahan bakar dan lain sebaginya.
Grand tema pertemuan kepala negara yang di wakili dari 20 Negara sedunia yang diberbagai daerah sudah dimulai, puncaknya akan diadakan di pulau Bali, terkait dengan krisis pangan global yang disebabkan oleh pandemi covid 19 dan perang Rusia Ukraina.
Baca Juga :Â Mengantisipasi Krisis Pangan Global dengan menggalakkan investasi Hijau
"Pulih bersama dan pulih lebih kuat" Recover Together, Recover Stronger" menjadi suatu harapan besar, tidak hanya Bagi Indonesia sebagai negara yang berkembang, namun juga untuk dunia dan negara berkembang lainnyaÂ
Indonesia sebagai negara berkembang, sangat tidak mungkin jika terus menerus pemasukan dan menghasilan negara hanya untuk menutupi bunga bank dunia, tentu ada strategi yang hendak dilakukan pemerintah upaya pemulihan ekonomi Nasional.
Begitu pula dengan konsep investasi hijau, sebagai bentuk dan perhatian pemerintah terhadap pembangunan dan pemulihan ekonomi Nasional, terutama dibidang sandang dan pangan.
Sehingga dengan gerakan investasi hijau untuk Indonesia maju, menjadi suatu agenda jangka panjang yang bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya.
Gejolak Krisis pangan Global dan posisi Indonesia sebagai negara berkembang
Dibeberapa media Menkeu Sri Mulyani Indrawati meramalkan, akan ada beberapa negara yang akan mengalami kebangkrutan dan tidak bisa membayar hutang akibat krisis.
Tidak hanya Krisis pada aspek ekonomi saja, bahkan krisis kemanusiaan dan politik juga terjadi pada negara berkembang, sehingga stabilitas keamanan dan meningkatnya kerusuhan tak mampu dihindari lagi.
Sebagai contoh negara yang mengalami kebangkrutan akibat tidak bisa membayar hutang yakni negara Sri Lanka yang sebelumnya di pimpin oleh Gotabaya Rajapaksa yang kemudian dipaksa mundur oleh rakyatnya akibat stabilitas ekonomi, sosial politik tak mampu di bendung.
Sri Lanka sebagai negara berkembang saat ini sedang di pimpin oleh Ranil Wickremesinghe sebagai presiden baru Sri Lanka ditengah krisis ekonomi, tentu negara tersebut berupaya keras untuk memulihkannya.
Ditengah krisis pangan global saat ini, bagaimana dengan posisi Indonesia sebagai negara berkembang ? Sejauh ini stabilitas ekonomi, politik, sosial masih cukup terkendali, dan harapannya segala persoalan di negara yang kita cintai ini bisa pulih baik pada aspek ekonomi, sosial politik, kesehatan dan pertanian, sehingga gerakan investasi hijau sebagai bagian dari upaya pemulihan ekonomi Nasional bisa dilakukan secara bersama-sama.
Oleh karena itu krisis pangan global ini bisa segera di antisipasi oleh negara kita bersama-sama masyarakat untuk kembali menggalakkan investasi hijau, tidak hanya untuk diri kita sendiri, namun untuk generasi masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H