Sementara di daerah yang berbeda panggilan Gus ini juga di sebut Lora atau Buk nyai yang juga sama-sama di sematkan pada putra dan putri kyai untuk memuliakan.
Kota Jember sebagai kota santri dan kota religius tentu menganut adat dan budaya ketimuran yang masih cukup kuat dan kental, sehingga penampilan fashion pada even Gus dan Ning menjadi sorotan dan kritik tajam dari sejumlah kalangan karena sudah sangat jauh dari nilai-nilai budaya ketimuran.
Kekecewaan dari tokoh ulama dan tokoh politik ini justru menjadi serangan psikologis terhadap pejabat yang menampilkan fashion yang dianggap tidak lazim di kota Jember.
Bahkan kritik dan kekecewaan ini tidak hanya di sampaikan pada bupati Jember H. Hendi Siswanto, namun juga banyak para tokoh berharap ada sanksi terhadap dinas pariwisata dan penyelenggara even yang menampilkan fashion yang terbuka di depan publik.
Meski hal tersebut adalah alasan seni yang menampilkan keindahan tubuh, tentu menjadi hal yang kurang lazim dengan situasi dan kondisi di daerah kota Jember, apalagi pada even pemilihan dan penetapan Gus dan Ning.
Artinya even Gus dan Ning yang sangat kental dengan budaya di kota Jember harus terkontaminasi oleh penampilan fashion yang mengumbar aurat dan mengundang syahwat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI